Evaluasi kinerja simpang tak ber-apill Jatiwaringin raya pintu tol Pondok Gede
S eiring meningkatnya perekonomian dan pertumbuhan penduduk di Indonesia, membuat kota Bekasi semakin sibuk oleh berbagai aktifitas. Hal tersebut dapat memberi dampak pada kelancaran lalu lintas. Salah satu lokasi yang mengalami dampak tersebut adalah simpang tidak ber-APILL Jatiwaringin Raya pintu tol Pondok Gede. Penyebab kemacetan yang terjadi adalah konfik di persimpangan tersebut yang disebabkan oleh perpotongan kendaraan masuk keluar tol Pondok Gede dan juga faktor lain yaitu kendaraan pribadi yang melakukan putar balik di sekitar persimpangan. Simpang tak ber-APILL Jatiwaringin Raya memiliki empat lengan yang terbagi atas dua jalan minor dan dua jalan utama. Dimana jalan utama merupakan jalan yang diberikan prioritas pada sebuah simpang. Dari permasalahan tersebut maka perlu dilakukan evaluasi kinerja simpang tak ber-APILL yang meliputi perhitungan kapasitas total, waktu tundaan, derajat kejenuhan dan peluang antrian. Metode yang digunakan dalam perhitungan evaluasi simpang tak ber-APILL menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997. Dalam evaluasi ini data yang diperlukan berupa data primer dan data sekunder. Adapun data primer berupa data kondisi geometri jalan, kondisi lingkungan jalan dan kondisi lalu lintas sedangkan data sekunder meliputi jumlah penduduk dan peta lokasi simpang. Data primer diolah menggunakan Microsoft Excel selanjutnya dilakukan analisis dengan data sekunder. Hasil dari Evalusi simpang tak ber-APILL ini didapatkan hasil Kapasitas total simpang Jalan Minor A dan C sebesar 4381 smp/jam, Jalan Utama B sebesar 4468 smp/jam dan Jalan Utama D sebesar 3680 smp/jam. Waktu tundaan 1,533 smp/detik. Derajat Kejenuhan Jalan Minor A dan C sebesar 0,232 Jalan Utama B sebesar 1,159 dan Jalan Utama D sebesar 1,407. Persentase peluang antrian di Simpang tersebut adalah sebesar 175,56 %. Berdasarkan hasil evaluasi kinerja maka Alternatif solusi untuk meningkatkan kinerja di Simpang tak berapill Pintu Tol Pondok Gede yaitu dengan Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (MRL) dan penempatan petugas lalu lintas untuk mengatur kondisi persimpangan tersebut.
A long with the growth and population growth in Indonesia, making the city of Bekasi increasingly crowded with various activities. It could have an impact on the smoothness of traffic. One of the locations in question is the intersection of Jatiwaringin Raya toll gate Pondok Gede. The cause of the congestion that occurs is the conflict at this intersection caused by the intersection of vehicles entering Pondok Gede toll and also other factors that are private vehicles that travel around the intersection. The unmarked Jatiwaringin Raya intersection has four arms which are divided into two small streets and two main roads. Where the main road is the path given at the intersection. From here it needs to be done. The method used in the calculation of non-signaled intersection evaluation using Indonesia Road Capacity Manual 1997. In the evaluation of data required primary data and secondary data. Primary data of road geometry condition, condition and condition of road environment. Primary data are processed using Microsoft Excel then analyzed with secondary data. The results of the Evalution junction do not show the total capacity of the intersection of Jalan A and Ceway 4381 smp / hour, Main Road Basi 4468 smp / hour and Main Street D Year 3680 smp / hour. Delay time 1,533 pcu / sec. The degree of Saturation of Small Roads A and C is 0.232 Main Street B from 1.159 and Main Street D at 1.407. Percentage of queue opportunities in Simpang is 175.56%. Based on the result of performance evaluation, alternative solution to improve performance at Simpang Tak berapill Pondok Gede Gate is by Traffic Engineering Management (MRL) and placement of traffic officer to set the condition of intersection.