Analisis beban emisi gas rumah kaca karbon dioksida (CO2) di Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma untuk aktivitas komersial tahun 2014-2018
M eningkatnya penggunaan tranportasi udara dipengaruhi oleh kebutuhan manusia terhadap transportasi tersebut, dan dapat berpengaruh kepada meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfer terutama gas karbon dioksida (CO2). Pada tahun2014, Bandara Halim Perdanakusuma diresmikan menjadi bandara komersil karena Bandara Soekarno-Hatta sudah tidak mampu menampung semua penerbangan. Kegiatan yang membutukan konsumsi bahan bakar pada Bandara HalimPerdanakusuma, yaitu penerbangan domestik, penerbangan internasional, MainPower Station (MPS), dan Ground Handling. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan beban emisi gas CO2 di Bandara Halim Perdanakusuma menggunakan data dari tahun 2014 hingga 2018 dengan menggunakan metode perhitungan Tier 1 dan Tier 2 dari Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2006 dan menganalisis alternatif pengurangan CO2 di Bandara. Metode Tier 1 diterapkan pada kegiatan penerbangan komersial, kegiatan Main Power Station (MPS), dan kegiatan Ground handling pada pesawat, sedangkan metode Tier 2 digunakan untuk per tipe pesawat. Total beban emisi CO2 tahun 2014-2018 pada perhitungan Tier 1 untuk pesawat komersial sebesar 1.670.414 ton/tahun, kegiatan MPS sebesar 6,226 ton/tahun, dan kegiatan Ground handling sebesar848,470 ton/tahun. Hasil perhitungan Tier 2 menunjukkan bahwa tipe pesawatAirbus A320-200 merupakan pesawat yang paling banyak digunakan dari 2014-2018 dengan total beban emisi CO2 sebanyak 2.840.439 ton/tahun. Adapun alternatif pengurang beban emisi CO2 dapat dilakukan dengan menambahkan biaya penerbangan, membuat Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan menanam trembesi, dan penggantian bahan bakar alternatif menggunakan biofuel.
T he increasing use of air transportation is influenced by human needs for transportation can affect the increase in greenhouse gases in the atmosphere, especially Carbon Dioxide (CO2). In 2014, Halim Perdanakusuma Airport was inaugurated as a commercial airport because Soekarno-Hatta Airport was no longer able to accommodate all flights. Activities that require fuel consumption at Halim Perdanakusuma Airport are domestic flights, international flights, Main Power Station (MPS), and Ground Handling. This research aims to estimate the CO2 gas emission load at Halim Perdanakusuma Airport using data from 2014 to 2018 using the Tier 1 and Tier 2 calculation methods from the Intergorvermental Panel on Climate Change (IPCC) in 2006 and analyzing alternatives for CO2 reduction at the Airport. The Tier 1 method is applied to commercial aviation activities, Main Power Station (MPS) activities, and Ground Handling activities on aircraft, while the Tier2 method is used for each type of aircraft. The total of CO2 emission with Tier 1 calculations in 2014-2018 for commercial aircraft was 1.670.414 tons/year, MPS activities were 6.226 tons/year, and Ground Handling activities were 848.470 tons/year. The result of Tier 2 calculation show that the Airbus 320-200 type is the most widely used aircraft from 2014 to 2018 with total CO2 emission load of2.840.439 tons/year. The alternative to reduce the CO2 emissions can be done by adding flight costs, make Green Open Space (RTH) by planting trembesi, andreplacing alternative fuels using biofuels.