Hubungan antara olahraga dengan dismenore pada remaja putri di SMPN 3 Jakarta
L ATAR BELAKANGDismenore adalah salah satu masalah ginekologi yang paling umum dikeluhkanoleh remaja putri dan perempuan dewasa muda. Penatalaksanaan alternatifterhadap dismenore telah banyak dipelajari dan diketahui. Namun, olahragasebagai penatalaksanaan dismenore masih menjadi pro dan kontra. Oleh karenaitu, penelitian ini dilakukan untuk memperkirakan hubungan antara olahraga dandismenore dan juga untuk mempelajari berbagai gejala dismenore.METODEPenelitian ini merupakan studi kasus kelola yang dilakukan dari Oktober 2013hingga Januari 2014 pada 152 remaja putri di SMPN 3 Jakarta menggunakankuesioner.HASILHasil analisis data dengan menggunakan metode chi-square, kejadian dismenoreterjadi secara signifikan pada mereka yang tidak berolahraga (p = 0,000).Kejadian dismenore lebih rendah pada responden yang mempunyai kebiasaanberolahraga, yaitu sebanyak 8 orang (11,9%). Sedangkan kejadian dismenore padaresponden yang tidak memiliki kebiasaan berolahraga ada sebanyak 59 orang(88,1%). Sementara kejadian tidak dismenore pada responden yang mempunyaikebiasaan berolahraga terdapat sebanyak 54 orang (63,5%) dan kejadian tidakdismenore pada responden yang tidak memiliki kebiasaan berolahraga terdapatsebanyak 31 orang (36,5%).Gejala yang paling sering dilaporkan adalahperubahan mood pada 60 (89,5%) responden dan kelelahan pada 46 (68,6%)responden.KESIMPULANDismenore adalah masalah yang sangat umum di kalangan remaja putri. Hal inidapat mempengaruhi kualitas hidup mereka. Olahraga dapat memberikan hasilyang lebih baik dalam mengurangi gejala dismenore. Meningkatkan aktivitasolahraga dapat mengurangi gejala dismenore di kalangan pelajar SMP.
B ACKGROUNDDysmenorrhea is one of the most common gynecological problems thatcomplained by girls and young adult women. Alternative treatment ofdysmenorrhea has been widely studied and known. However, exercise as atreatment of dysmenorrhea is still a lot of pro-contra. Therefore, this study wasconducted to estimate the correlation between exercise and dysmenorrhea and alsoto study the various symptoms of dysmenorrhea.METHODSThis was a case control study conducted from October 2013 to January 2014among 152 Adolescent girls (14-19years) in SMPN 3 Jakarta using aquestionnaire.RESULTSResults of data analysis using the chi-square method, the incidence ofdysmenorrhea occurs significantly in those who did not exercise (p = 0,000).Lower incidence of dysmenorrheal has found on respondents who have a habit ofexercise, as many as 8 people (11,9%). While the incidence of dysmenorrheaamong respondents who do not exercising there are as many as 59 people(88.1%). The incidence of no dysmenorrhea on respondents who are exercising asmany as 54 people (63.5%) and the incidence of no dysmenorrhea on those whodo not have the habit of exercising as many as 31 people (36.5%). The mostfrequently reported symptoms were mood changes in 60 (89,5%) respondents andfatigue in 46 (68,6%) respondents.CONCLUSIONSDysmenorrhea is a very common problem among adolescent girls; it could affectstheir quality of life. Exercise may provide better results in reducing dysmenorrhea.Increasing the exercise activity could reduce the symptoms of dysmenorrheaamong Junior High School's student.