DETAIL KOLEKSI

Analisis kebakaran hutan dan kualitas udara di Pulau Kalimantan menggunakan data satelit tahun 2018

5.0


Oleh : Yuan Lucky Rindwiyanto

Info Katalog

Penerbit : FALTL - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2019

Pembimbing 1 : Hernani Yulinawati

Pembimbing 2 : Lailatus Siami

Subyek : Fire disasters - Analysis;Air quality

Kata Kunci : forest fires, Kalimantan, satellite, smoke, air quality

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2019_TA_STL_082001400066_Halaman-judul.pdf 17
2. 2019_TA_STL_082001400066_Bab-1.pdf 3
3. 2019_TA_STL_082001400066_Bab-2.pdf
4. 2019_TA_STL_082001400066_Bab-3.pdf
5. 2019_TA_STL_082001400066_Bab-4.pdf
6. 2019_TA_STL_082001400066_Bab-5.pdf
7. 2019_TA_STL_082001400066_Daftar-pustakaf.pdf
8. 2019_TA_STL_082001400066_Lampiran.pdf

P erkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif dan negatif di berbagai bidang. Dampak negatif yang terjadi antara lain permasalahan lingkungan, seperti kebakaran hutan. Di sisi lain, kemajuan teknologi memberikan metode alternatif pemantauan masalah kebakaran hutan, yakni penggunaan penginderaan jauh dengan satelit. Penginderaan jauh memberikan kemudahan dalam mengidentifikasi suatu objek atau fenomena tanpa adanya kontak langsung dengan objek tersebut. Sementara penggunaan data satelit dapat menjadi pendukung data pengukuran di lapangan. Di Indonesia, jumah titik panas (hotspot) terbanyak berada di Pulau Kalimantan tiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kebakaran hutan dan kualitas udara di Kalimantan tahun 2018 dengan menggunakan data satelit. Data satelit yang digunakan adalah MODIS Aqua-Terra untuk identifikasi titik panas (hotspot) dan besarnya aerosol, Himawari-8 untuk identifikasi asap, dan MERRA-2 untuk identifikasi konsentrasi karbon monoksida (CO). Data satelit mendukung data observasi lapangan yang diperoleh stasiun pengukuran kualitas udara parameter PM10 dan CO. Berdasarkan akumulasi hotspot, periode kebakaran hutan di Kalimantan terjadi pada bulan Juli-Oktober 2018. Melalui pemantauan Himawari-8, asap kebakaran hutan bulan Juli-Agustus berpusat di wilayah Kalimantan Barat, sedangkan bulan September-Oktober asap kebakaran berpusat di Kalimantan Tengah dan Selatan. Melalui data satelit, nilai Aerosol Optical Depth (AOD) tertinggi terjadi di bulan September dengan nilai 0,82. Sedangkan, konsentrasi CO tertinggi terjadi di bulan Agustus sebesar 287,44 μg/m3. Data observasi lapangan PM10 yang tertinggi terjadi di Pontianak bulan Agustus sebesar 548 μg/m3. Jumlah ini melebihi baku mutu udara ambien sebesar 150 μg/m3. Sedangkan, pengukuran konsentrasi CO tertinggi terjadi di Palangkaraya bulan Oktober sebesar 25000 μg/m3, yang juga melebihi baku mutu udara ambien sebesar 10000 μg/m3. Nilai AOD dapat dikorelasikan dengan konsentrasi PM10 yang menunjukkan persamaan y= 1942x-469.2 dan nilai R2 = 0,4639. Dalam beberapa kasus, besarnya jumlah polutan aerosol dan CO memiliki hubungan linier dengan lamanya penyinaran matahari dan curah hujan. Penggunaan data satelit dalam pemantauan kualitas udara perlu ditingkatkan untuk melengkapi keterbatasan pengukuran di lapangan.

T he development of science and technology has given positive and negative impacts in various fields. The negative impacts that occur such as environmental problems, one of which is forest fires. On the other hand, technological advances provide an alternative method of monitoring the event of forest fires, that is the use of remote sensing. Remote sensing makes it easy to identify an object or phenomenon without direct contact with the object. While, the use of satellite data can support the measurement data in the field. Each year in Indonesia, the highest amount of hotspots are on Kalimantan. This study aims to analyze the impact of forest fires and air quality on Kalimantan in 2018 by using satellite data. The satellite data used are MODIS TerraAqua for hotspot identification and aerosol measurement, Himawari-8 for smoke identification, and MERRA-2 for carbon monoxide identification. Satellite data support field observation data obtained by the station of air quality measurement for PM10 and CO parameters. Based on the accumulation of hotspots, the period of forest fires on Kalimantan occurred in July-October 2018. Through monitoring Himawari-8 with the RGB method, smoke from forest fires in July-August was centered in the West Kalimantan region, while in September-October smoke fires are centered in Central and South Kalimantan. From data satellite, the highest Aerosol Optical Depth (AOD) value occurred in September with a value of 0.82. Meanwhile, the highest CO concentration occurred in August amounted to 287.44 μg/m3. The highest measurement of PM10 by field observations occurred in Pontianak on August at 548 μg/m3. This amount exceeds the ambient air quality standard of 150 μg/m3. Meanwhile, the highest measurement of CO concentration occurred in Palangkaraya in October amounted to 25000 μg/m3. This amount also exceeds the ambient air quality standard of 10000 μg/m3. AOD value can be correlated with PM10 concentration which shows the equation y = 1942x-469.2 and R2 = 0.4639. In some cases, the large amount of aerosol pollutants and CO has a linear relationship with the length of sun exposure and rainfall. The use of satellite data in air quality monitoring needs to be increased to complete the limitation of measurements in the field.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?