DETAIL KOLEKSI

Perancangan defence scheme pada sistem kelistrikan tegangan tinggi 150 kv kalimantan timur


Oleh : Rio Afdhala Geneng

Info Katalog

Penerbit : FTI - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2017

Pembimbing 1 : Chairul Gagarin Irianto

Pembimbing 2 : Maula Sukma Widjaja

Subyek : Electric power distribution;Electrical engineering

Kata Kunci : defense scheme design, electrical system, high voltage, East Kalimantan

Status Posting : Published

Status : Tidak Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2017_TA_STE_062001300019_Halaman-Judul.pdf 12
2. 2017_TA_STE_062001300019_Lembar-Pengesahan.pdf 3
3. 2017_TA_STE_062001300019_Bab-1_Pendahuluan.pdf 5
4. 2017_TA_STE_062001300019_Bab-2_Landasan-Teori.pdf 12
5. 2017_TA_STE_062001300019_Bab-3_Sistem-Kelistrikan-di-Provinsi-Kalimantan-Timur.pdf 8
6. 2017_TA_STE_062001300019_Bab-4_Simulasi-Pelepasan-Beban-Dan-Penetapan-Skema-Pertahanan.pdf 16
7. 2017_TA_STE_062001300019_Bab-5_Kesimpulan-Dan-Saran.pdf 2
8. 2017_TA_STE_062001300019_Daftar-Pustaka.pdf 1
9. 2017_TA_STE_062001300019_Lampiran.pdf 11

P erkembangan ekonomi di Provinsi Kalimantan Timur tumbuh signifikan mengikuti pertumbuhan penduduknya yang menyebabkan kebutuhan tenaga listrik semakin meningkat. Pada sistem tenaga listrik Kalimantan Timur, frekuensi merupakan salah satu indikator kestabilan daya listrik yang dibangkitkan dan beban total sistem. Frekuensi Sistem akan berkurang jika terjadi kekurangan daya listrik yang dihasilkan atau kelebihan beban. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan skema pertahanan yang sesuai jika terjadi kekurangan frekuensi yang dapat mengakibatkan beban sistem yang berlebihan di Kalimantan Timur yang merupakan rele frekuensi rendah, untuk memaksimalkan jumlah beban yang harus dibangkitkan sehingga pemadaman listrik dapat diminimalisir. dihindari. Hasil penelitian dengan skema pelepasan sistem dan pemisahan beban akibat 'Sistem Mahakam' di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa pada skenario 'Waktu Beban Penuh' (WBP), beban yang terpantau di jaringan PLTU Kariangau, Tanjung Grid Generator Batu, dan Generator Senipah dilaporkan mengalami penurunan frekuensi hingga level 49.335Hz, 48.718 Hz, 49.415 Hz, sehingga diperlukan pelepasan beban sebesar 22,91 MW, 97,39 MW, dan 22,91. Sedangkan pada skenario Luar Waktu Beban Penuh (LWBP), beban yang diamati pada jaringan PLTU Kariangau, jaringan Pembangkit Tanjung Batu, jaringan Pembangkit Senipah, dan jaringan Pembangkit CFK dilaporkan mengalami penurunan frekuensi hingga pada level 49.054 Hz, 49.202 Hz, dan 49.283 Hz, sehingga diperlukan pelepasan beban sebesar 46,94 MW, 23,47 MW, dan 23,47 MW. Pada Islanding Operation, skenario gangguan diterapkan pada PLTU KRU 1, CFK 1-3, dan Peaking 1 sehingga terjadi pemisahan dua sistem yaitu Pulau Senipah sebesar 114,4 MW, dan Pulau Embelut sebesar 200,8 MW. Penurunan frekuensi Pulau Embelut mencapai 48.817 MW, sedangkan frekuensi stabil 49.766 MW, dan penurunan frekuensi Pulau Senipah mencapai 49.324 MW, sedangkan frekuensi stabil 49.797 MW yang akan menghindari kekurangan daya total untuk Sistem Mahakam.

E conomic development in East Kalimantan Province grew significantly following population growth which caused the need for electricity to increase. In the East Kalimantan electric power system, frequency is one indicator of the stability of the electricity generated and the total load of the system. The System Frequency will decrease in the event of a power shortage or overload. The purpose of this research is to determine the appropriate defense scheme in the event of a frequency shortage that can result in excessive system load in East Kalimantan which is a low frequency relay, to maximize the amount of load that must be generated so that power outages can be minimized. avoided. The results of the study using the system release and load separation scheme due to the 'Mahakam System' in East Kalimantan showed that in the 'Full Load Time' (WBP) scenario, the observed load on the PLTU Kariangau network, Tanjung Grid Generator Batu, and Generator Senipah reported a decrease in frequency. up to levels of 49.335Hz, 48.718 Hz, 49.415 Hz, so 22.91 MW, 97.39 MW and 22.91 are required to discharge loads. Meanwhile, in the Out-of-Time Full Load (LWBP) scenario, the observed load on the PLTU Kariangau network, the Tanjung Batu Power Plant network, the Senipah Power Plant network, and the CFK Power Plant network were reported to experience a decrease in frequency to the levels of 49,054 Hz, 49,202 Hz, and 49,283 Hz, so that load shedding of 46.94 MW, 23.47 MW, and 23.47 MW is required. In the Islanding Operation, the fault scenario is applied to PLTU KRU 1, CFK 1-3, and Peaking 1 so that there is a separation of two systems, namely Senipah Island of 114.4 MW, and Embelut Island of 200.8 MW. The decrease in the frequency of Embelut Island reached 48,817 MW, while the frequency was stable at 49,766 MW, and the decreased frequency for Senipah Island reached 49,324 MW, while the frequency was stable at 49,797 MW which would avoid a total power shortage for the Mahakam System.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?