Hubungan antara kadar Karbonmonoksida dalam ruang perkantoran dengan sindrom bangunan tinggi pada karyawan di gedung Departemen Pekerjaan Umum
P encemaran udara merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting dan berdampak buruk pencemaran udara bagi kesehatan, baik pencemaran udara di dalam ruang maupun yang di luar ruangan. Kualitas udara dalam ruang di lingkungan ruang perkantoran dalam kondisi tertentu bisa membahayakan kesehatan manusia.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kadar karbonmonoksida dalam ruang perkantoran Departemen Pekerjaan Umum dengan pekerja yang menderita sindrom penyakit yang diakibatkan oleh kondisi gedung (Sick Building Syndrom) dengan melihat dari kondisi ventilasi.Penelitian dilakukan pada bulan Mei 1999 di gedung Departemen Pekerjaan Umum, Jalan Pattimura, Jakarta Selatan. Rancangan penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampling kualitas udara untuk CO menggunakan Metode Palladium Chloride, untuk CO2 menggunakan Gas Detector, untuk suhu dan kelembaban Heat Stress Apparatus. Pengolahan dan analisis data menggunakan statistik dengan analisa regresi logistik dan linier program SPSS.Kadar CO pada ruang perkantoran gedung Departemen PU berada pada kisaran 0,2903- 0,7522 ppm dan berada dibawah NAB untuk CO dalam ruangan menurut Permenkes No.261 Tahun 1998 yaitu 25 ppm ataupun NAB CO dalam ruang menurut Guideline for Good Indoor Air Quality (1996) yaitu sebesar 9 ppm. Kondisi ventilasi tergolong cukup baik karena konsentrasi CO2 dibawah 1000 ppm. Secara keseluruhan, pada Gedung Departemen PU belum terjadi SBS pada karyawannya, karena terdapat 28,4% karyawan yang mengeluh, sedangkan SBS terjadi jika diderita 30 % atau lebih dari penghuninya.Melalui analisa regresi logistik dan linier SPSS for windows didapatkan :Antara kadar CO dengan SBS tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik, sedangkan OR untuk menderita SBS akibat terpapar CO sebesar 5,4 kali dibandingkan dengan yang tidak terpapar CO.Antara karyawan yang menderita SBS dengan kondisi ventilasi yang digunakan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik dan ventilasi bukan termasuk risk factor untuk terjadinya SBS pada karyawan di Gedung Departeinen PU.Antara kadar CO dengan kondisi ventilasi tidak terdapat hubungan yang bemakna secara statistik dan membentuk linier positif sehingga semakin tingginya kadar CO, dalam ruangan, semakin tinggi pula perkiraan kadar CO dalam ruangan itu.Tidak ada hubungan yang bermakna antara SBS dengan perilaku merokok karyawan, OR perokok untuk terkena SBS 1,7 kali lebih besar dari yang tidak merokok.Antara kadar CO dengan karyawan yang mempunyai perilaku merokok mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dan membentuk linier positif, sehingga semakin banyak karyawan yang merokok dalam ruang semakin tingyi pula kadar CO dalam ruang.Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar CO dengan perilaku merokok pekerja pada analisa model regresi linier.Pada Gedung Departemen Pekerjaan Umum, salah satu pengendalian yang dapat dilakukan adalah pembatasan aktivitas merokok di dalam ruang dan mengganti jaringan udara dalam penyegar udara sentral secara teratur.