Analisis persebaran polutan di DKI Jakarta menggunakan data satelit tahun 2014-2018
P ertumbuhan populasi manusia dan kemajuan teknologi saling terkait dengan tingginya aktivitas manusia yang menimbulkan masalah pada lingkungan. Permasalahan lingkungan yang timbul antara lain pencemaran udara yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia seperti Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Ditinjau dari sisi yang berbeda, kemajuan teknologi pengindaran jauh dengan citra satelit saat ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi fenomena pencemaran udara. Penggunaan data satelit dapat mendukung data pengukuran di lapangan. Pencemaran udara di DKI Jakarta perlu mendapatk perhatian mengingat terbatasnya data pengukuran di lapangan, maka data satelit dapat dimanfaatkan untuk mendapat gambaran pencemaran udara. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sebaran polutan dan kualitas udara dengan menerapkan pengolahan data satelit berbasis website dan data di lapangan menjadi informasi ilmiah yang valid. Menganalisis data satelit dari parameter CO, O3, dan PM10 dengan faktor meterologis. Mengkaji hubungan kesehatan penderita ISPA dengan setiap parameter dari tahun 2014-2018 di wilayah DKI Jakarta. Data satelit yang digunakan adalah MODIS Aqua-Terra untuk identifikasisebaran polutan dan besarnya aerosol, satelit MERRA-2 untuk identifikasi konsentrasi karbon monoksida (CO), dan AIRS menunjukkan sebaran dan konsentrasi dari ozon (O3). Data satelit mendukung data observasi lapangan yang diperoleh stasiun pengukuran kualitas udara parameter CO didapatkan dari stasiun pantau KLHK, parameter O3 dan PM10 didapatkan dari stasiun pantau BMKG. Berdasarkan hasil akumulasi melalui data satelit, konsentrasi CO tertinggi terjadi di bulan Juli 2018 sebesar 625,5 ug/m3. Nilai konsentrasi Ozon tertinggi pada bulan Desember 2016 sebesar 548 ppb, sedangkan nilai Aerosol Optical Depth ?(AOD) tertinggi terjadi di bulan Juni 2014 dengan nilai 0,98. Berdasarkan mawar angin bulan Juli 2018 konsentrasi O3 yang dipengaruhi oleh faktor meteorologis menunjukkan arah angin 2.10-3.60 m/s. Sedangkan konsentrasi O3 pada bulan September 2015 yang ditinjau dari mawar angin menunjukkan arah angin dominan cenderung dari Barat Laut ke arah Tenggara, kecepatan angin 2.10-3.60 m.s. Pada bulan Oktober 2015 berdasarkan nilai AOD yang ditinjau dari mawar angin dominan cenderung dari Timur ke arah Barat dengan kecepatan angin 3.60-5.70 m/s. Berdasarkan data yang telah dianalisis, hubungan antara data polutan CO, O3, dan PM10 masih belum terkait dampaknya kepada penderita ISPA di DKI Jakarta karena nilai korelasi cukup rendah untuk dikatakan terkait.
H uman population growth and technological advances are related to high human activity which causes problems in the environment. Environmental problems that arise include air pollution which can have a negative impact on human health, such as Acute Respiratory Infections (ISPA). From a different perspective, advances in remote avoidance technology with satellite imagery can now be used to identify air pollution phenomena. The use of satellite data can support measurement data in the field. Air pollution in DKI Jakarta needs attention given the limited measurement data in the field, so satellite data can be used to get an overview of air pollution. The purpose of this research is to analyze the distribution of pollutants and air quality by applying satellite data processing based on websites and data in the field into valid scientific information. Analyze satellite data from parameters CO, O3, and PM10 with meterological factors. Assessing the health relationship of ARI sufferers with each parameter from 2014-2018 in the DKI Jakarta area. The satellite data used are MODIS Aqua-Terra to identify thedistribution of pollutants and the amount of aerosols, the MERRA-2 satellite to identify the concentration of carbon monoxide (CO), and AIRS to show the distribution and concentration of ozone (O3). Satellite data supports field observation data obtained by air quality measurement stations, CO parameters are obtained from KLHK monitoring stations, parameters O3 and PM10 are obtained from BMKG monitoring stations. Based on the results of accumulation through satellite data, the highest CO concentration occurred in July 2018 at 625.5 ug / m3. The highest Ozone concentration value was in December 2016 at 548 ppb, while the highest Aerosol Optical Depth? (AOD) value occurred in June 2014 with a value of 0.98. Based on the wind rose in July 2018, the O3 concentration which is influenced by meteorological factors shows the wind direction of 2.10-3.60 m / s. Whereas the O3 concentration in September 2015 in terms of wind roses shows the dominant wind direction tends from the Northwest to the Southeast, the wind speed is 2.10-3.60 ms. wind speed 3.60-5.70 m / s. Based on the analyzed data, the correlation between CO, O3, and PM10 pollutant data is still not related to the impact on ARI sufferers in DKI Jakarta because the correlation value is low enough to be said to be related.