Efektivitas ekstrak jintan hitam (nigella sativa) terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus α-haemolyticus sebagai penyebab endocarditis (in vitro) (Laporan Penelitian)
L atar belakang: Bakteri Streptococcus α-haemolyticus merupakan mikroorganisme yang paling banyak ditemukan di dalam rongga mulut dengan prevalensi 30 - 60%. Bakteri ini terbukti terlibat dalam infeksi pada luka paska ekstraksi gigi. Pemberian bahan antibakteri merupakan cara efektif untuk mencegah terjadinya komplikasi paska ekstraksi gigi. Jintan hitam (Nigella sativa), yang dikenal sebagai “Miracle Herb Of The Centuryâ€, dapat menjadi salah satu antibakteri alternatif yang dapat digunakan. Karena, Nigella sativa memiliki kandungan senyawa kimia sebagai bahan antibakteri, antara lain: tanin, saponin, terpenoid, flavonoid, kuinon dan steroid. Tujuan: Mengetahui efektivitas Jintan hitam (Nigella sativa) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus α-haemolyticus sebagai penyebab endokarditis. Metode: Eksperimental laboratorik dengan menggunakan metode difusi sumuran (Well diffusion method), yang dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok ekstrak Nigella sativa dengan konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100%. Klorheksidin 0.2% (Minosep®) sebagai kontrol positif dan Brain-Heart Infusion Broth sebagai kontrol negatif. Untuk melihat efektivitas, dilakukan pengukuran diameter zona hambat yang terbentuk di sekitar daerah lubang sumuran pada Brain-Heart Infusion Agar yang ditumbuhi bakteri Streptococcus viridans α-haemolyticus. Hasil Penelitian: Rata - rata diameter zona hambat kelompok ekstrak Nigella sativa dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100%, Klorheksidin 0.2% (Minosep®) dan Brain-Heart Infusion Broth adalah sebesar 0.77 ± 0.30 mm, 1.00 ± 0.33 mm, 1.15 ± 0.29 mm, 1.36 ± 0.81 mm, 1.13 ± 0.18 mm dan 0 mm. Hasil uji One Way ANOVA, memperlihatkan perbedaan bermakna pada setiap kelompok (p < 0.05). Kesimpulan: Ekstrak Jintan hitam (Nigella sativa) dengan konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus α-haemolyticus sebagai penyebab endokarditis secara in vitro, dan ekstrak Nigella sativa dengan konsentrasi 25% memiliki daya antibakteri yang setara dengan Klorheksidin 0.2% sebagai kontrol positif.
B ackground: Streptococcus α-haemolyticus is the most common microorganism, about 30 - 60% was found in the oral cavity. This bacterium is proven to be involve in the infection of post-extraction tooth wounds. Administrating antibacterial ingredients is an effective way to prevent complications after the tooth extraction. Black cumin (Nigella sativa), known as the "Miracle Herb Of The Century", can be used as an alternative antibacterial substance. Since, Nigella sativa contains chemical compounds that can be used as antibacterial substance, such as: tannin, saponin, terpenoid, flavonoid, quinone and steroid. Objectives: To determine the effectiveness of black cumin (Nigella sativa) extract on the growth of Streptococcuss α-haemolyticus as one of the causes of endocarditis. Methods: Laboratory experiment with Well diffusion method, in which the test divided into 6 groups: the group of Nigella sativa extract with concentration 25%, 50%, 75% and 100%. Chlorhexidine 0.2% as the positive control group and Brain-Heart Infusion Broth as the negative control group. To evaluate the effectiveness of the extract, the diameter of the inhibition zone that formed around the well was measured. Result: The mean diameters of Nigella sativa extract with the concentration 25%, 50%, 75%, 100%, Chlorhexidine 0.2% (Minosep®) and Brain-Heart Infusion Broth are 0.77 ± 0.30 mm, 1.00 ± 0.33 mm, 1.15 ± 0.29 mm, 1.36 ± 0.81 mm, 1.13 ± 0.18 mm and 0 mm. The One Way ANOVA test, showed significant differences between each group (p < 0.05). Conclusion: Black cumin extract (Nigella sativa) with the concentration 25%, 50%, 75% and 100% are effective in inhibiting the growth of Streptococcus α-haemolyticus as causes of endocarditis (in vitro), and Nigella sativa extract with the concentration 25% has the same antibacterial effect compared to Chlorhexidine 0.2% as the positive control group.