Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian dermatitis seboroik pada populasi dewasa
D ermatitis seboroik (DS) adalah kondisi kulit yang ditandai dengan adanyapapulaskuamosa. Kondisi ini sering menyerang area tubuh dengan konsentrasikelenjar sebasea yang tinggi. Insidensi terjadinya DS paling sering terjadi pada usia3 bulan pertama sampai usia 3 tahun, selama pubertas, dan pada usia dewasa sekitar40- 60 tahun. Prevalensi DS secara global adalah 3-5%. Persentase kasus DS daritotal kunjungan pasien ke poliklinik kulit dan kelamin di rumah sakit Indonesiaberkisar antara 0,99% hingga 5,8%. Kandungan makanan adalah faktor lain yangberkontribusi terhadap perkembangan DS, secara luas diasumsikan mengonsumsimakanan tinggi lemak dapat menyebabkan dimulainya DS. Hal ini terkait denganpeningkatan kadar asam lemak bebas dan peningkatan jumlah sebum. Peningkatanindeks massa tubuh berpotensi meningkatkan kemungkinan menjadi obesitas.Tujuan penelitian ini untuk menguji hubungan antara kejadian DS pada populasidewasa dengan indeks massa tubuh (IMT).METODEDesain penelitian menggunakan analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Sampel peneltian diperoleh dengan teknik non probability samplingberupa consecutive non random sampling. Data dikumpulkan dengan melihatcatatan data rekam medis, kemudian dianlisis menggunakan uji Chi- square.HASILHasil penelitian ini didapatkan distribusi terbanyak yang mengalami DS pada usiadewasa akhir (69,4%), jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki (67,7%) dan IMTtertinggi pada kategori overweight (72,8%). Hasil analisis data menunjukkan bahwaIMT berhubungan dengan DS (p=0,008) tetapi tidak berhubungan dengan usia(p=0,566) dan jenis kelamin (p=0,746).KESIMPULANIMT berhubungan dengan kejadian DS, namun tidak ada hubungan antara usia danjenis kelamin dengan DS.
l esions. This condition often affects areas of the body with a highconcentration of sebaceous glands. The incidence of SD is most common in the first3 months of life to 3 years of age, during puberty, and in adulthood around 40-60years of age. The global prevalence of SD is 3-5%. The percentage of SD casesfrom total patient visits to dermatology clinics in several hospitals in Indonesiaranges from 0.99% to 5.8%. Dietary content is another factor contributing to thedevelopment of SD, as it is widely assumed that consuming high-fat foods cantrigger the onset of SD. This may be related to increased levels of free fatty acidsand increased sebum production. IncreaseSeborrheic Dermatitis (SD) is a skin condition characterized by the presence of papulosquamousd body mass index (BMI) has thepotential to increase the likelihood of obesity.METHODThe research design uses an observational analytic approach with a cross-sectionalmethod. The research sample was obtained using non-probability samplingtechnique in the form of consecutive non-random sampling. Data were collected byreviewing medical record data and then analyzed using the Chi-square test.RESULTSThe results of this study showed that the highest distribution of SD occurred in lateadulthood (69.4%), with the majority being male (67.7%) and the highest BMIcategory being overweight (72.8%). Data analysis showed that BMI is associatedwith SD (p=0,008) but not with age (p=0,566) and gender (p=0,746CONCLUSIONBMI is related to the incidence of SD, but there is no relationship between age andgender with SD.