DETAIL KOLEKSI

Usulan peningkaan kualitas melalui penerapan Six Sigma pada proses produksi MDF board tipe st 3.0 ds di PT. Masari Dwisepakat Fiber


Oleh : Yuliana Sutono

Info Katalog

Penerbit : FTI - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2004

Pembimbing 1 : Dedy Sugiarto

Subyek : Six sigma (Quality control standard);Quality control;Production control

Kata Kunci : six sigma, quality control standard; quality control; production control, PT. Masari Dwisepakat Fib

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2004_TA_TI_06300134_Halaman-Judul.pdf
2. 2004_TA_TI_06300134_Bab-1.pdf 5
3. 2004_TA_TI_06300134_Bab-2.pdf
4. 2004_TA_TI_06300134_Bab-3.pdf
5. 2004_TA_TI_06300134_Bab-4.pdf
6. 2004_TA_TI_06300134_Bab-5.pdf
7. 2004_TA_TI_06300134_Bab-6.pdf
8. 2004_TA_TI_06300134_Daftar-Pustaka.pdf 2
9. 2004_TA_TI_06300134_Lampiran.pdf

P T Masari Dwisepakat Fiber adalah meruapakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri pembuatan Medium Density Fiber (MDF) Board dengan berbagai ketebalan dan tipe. Untuk dapat bersaing dan memenangkan pasar, maka perusahaan harus memberikan kepuasan kepada konsumen agar konsumen setia dengan produk yang dihasilkan dengan cara mempertahankan dan meningkatkan kualitas barang dan jasa yang dihasilkan secara aktif dan berkesinambungan, sehingga diharapkan konsumen yang memakai produk yang dihasilkan akan puas yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan bagi perusahaan.Salah satunya adalah dengaf! menerapkan program Six Sigma yang merupakan suatu sistem peningkatan kualitas se\ara kontinu (continuous improvement) dan dengan me_nggun an metodologi Define M ;easure Analyze Improve Control (DMAIC) yang tenntegrasi.Prioritas penanganan masalah difokuskan pada proses produksi MDF Board tipeST 3,0 DS, berdasarkan data historis penjualan dan persentase cacat terbesar selama bulan Januari 2004 - Maret 2004. Berdasarkan hasil pengolahan data, dari 7 Critical to Quality (CTQ) yang ada (cacat Warna, Kualitas Fiber, Latex, Latex Spot, Bintik Putih, Tiger Line, Blister) terdapat 4 CTQ yang menjadi prioritas dalam penyelesaian masalah, yaitu cacat Bintik Putih, Blister, Tiger Line dan Kualitas Fiber . Tingkat Sigma proses pada saat pengamatan adalah 3,84 sigma (dengan pergeseran 1,5 sigma) dengan nilai Defect per Million Opportunities (DPMO) sebesar 9762,4546, hal ini menunjukkan bahwa masih besamya peluang proses produksi untuk menghasilkan produk cacat. Analisa untuk mengetahui penyebab rendahnya tingkat sigma dan penyebab yang menjadi prioritas penyelesaian masalah digunakan diagram Sebab Akibat dan pembobotan Risk Priority Number (RPN) dengan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) berdasarkan brainstorming dengan pihak perusahaan. Perbaikan dilakukan dengan merancang eksperimen menggunakan metode Taguchi. Adapun faktor-faktor berpengaruh yang dikendalikan untuk mencapai setting optimum diperoleh dari nilai RPN tertinggi adalah komposisi material, tekanan, temperatur dan waktu steam.Implementasi dilakukan berdasarkan setting optimum yang dihasilkan dari perancangan eksperimen , yang menunjukkan peningkatan tingkat sigma menjadi 4,1 (dengan pergeseran 1,5 sigma) dan penurunan nilai DPMO menjadi 4711,2817.

P T Masari Dwisepakat Fiber is a company that move in the Medium Density Fioer (MDF) Board production with various thickness and type. In order to compete and to win the market, the company must be able to satisfy the consumer so that the consu er is loyal''vith the produced product by maintaining and increasing the quality of the gold and services that is actively produced and continuously, so that the consumer who used the produced product will be satisfied and at the end can give benefit to the company.One of the way is by using the. Six Sigma program which is a quality increasingsystem continuously (continuous improvement) and by using integrated Define MeasureAnalyze Improve Control (DMAIC) methodology.The priority of problem solving is focused on the production process of the MDF Board type ST 3,0 OS, based on the historical selling data and the biggest defect proportion during January 2004 - March 2004. Based on the data processing result, from the existing 7 Critical to Quality (CTQ) (Color, Fiber Quality, Latex, Latex Spot, White Spot, Tiger Line and Blister defect) there are 4 CTQ that is becoming the priority in problem solving, which is White Spot, Blister, Tiger Line and Fiber Quality defect. The sigma process level during observation is 3,84 sigma (with 1,5 sigma shift) with Defect per Million Opportunities (DPMO) equals 9762,4546, this shows that the opportunity for the production process to produce a defect product is still high. The analyze to know the cause of why sigma level is low and the cause which is the priority of problem solving. To know that we can use the Cause Effect diagram and Risk Priority Number (RPN) weighting with Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) based on brainstorming with the company. Repairments is done by designing an experiment using the Taguchi method . Influenced factors that existed is controlled to reach the optimum setting which we get from the highest RPN value is material composition, pressure, temperature and steam time.Implementation is done based on the optimum setting produced from the experiment designing, that show the increasing sigma level to 4,1 (with 1,5 sigma shift) and the drop ofDPMO value to 4711,2817.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?