Pemanfaatan "lumpur kering" dan tempurung sebagai arang aktif untuk penyisihan warna air effluen IPAL Pabrik Tekstil PT. Coats Rejo Indonesia (variasi ketebalan media)
Z at warna banyak terdapat pada Industri Tekstil, untuk menanggulangi zat pencemar wanna biasanya setiap industri tekstil mengolah buangan . wanna tersebut terlebih dahulu pada satu Instalasi Pengolahan Air Limbqh (IPAL) sebelum dibuang ke perairan. Tetapi terkadang wama effluen yang dibuang ke perairan tersebut masih kelihatan diperairan dan kurang enak dipandang bila ditinjau dari estetika lingkungan walaupun effluen air IPAL tersebut sudah dibawah baku mutu. Oleh karena itu perlu adanya pengolahan lanjutan agar air effluen tersebut menjadi tidak bersama serta dapat digunakan lagi untuk proses industri itu sendiri. Adapun altematif "pengolahan lanjutan yang dapat dilakukan adalah dengan proses adsorpsi, dimana memanfaatkan lumpur kering dan tempurung sebagai arang aktif Untuk digunakan sebagai media penyerapan.Adsorpsi adalah proses terkonsentrasinya partikel atau molekul suatu larutan pada permugaan zat padat atau yang paling mudah dikemukakan adalah proses melqkatnya molekul ke permukaan solid . Penelitian ini menggunakan media arang aktif yang berasal dari lumpur kering dan tempurung. Adapun alasan penggunaan lumpur kering dan tempurung sebagai arang aktif karena bahan tersebut mudah didapat serta mempunyai kandungan organik yang tinggi untuk pembentukan arang. Selain itu juga dapat memanfaatkan IagI buangan yang sudah terbuang.Penelitian penyisihan wama air effluen IPAL P7. Coats Rejo Indonesia ini dilakukan dengan menggunakan proses adsorpsi dengan sistem kolom (filter). Adsorben yang dipakai adalah arang aktif lumpur kering dan tempurung. sedangkag sampel yang digunakan adalah wama effluen air limbah PT.Coats Rejo Indonesia. Pengujian adsorpsi effluen zat wama dilakukan dengan variasi ketebalan media kolom yaitu pada ketebalan media60 cm, 80 cm dan 100 cm.Analisa data yang dilakukan untuk memperoleh daya serap arang aktif yang baik antara arang aktif lumpur kering dan tempurung. Dari berbagai perlakuan karbonisasi dan aktivasi dalam pembuatan arang aktif,arang aktif yang te aik adalah 3enis TX1A2 (Tempurung) dan LK2A3(IumpurKering IPAK}. Arang aktif TK1A2 (Tempurung) dan LK2A3 mempunyai spesifikasi yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:Keterangan Satuan 3enis SampelTK1A2(Tempurung) LKZA3(Lumpur)Methlyn Blue mg/g 808 886Iodine mg/g 506 1275Porositas 0.5 0.4Bulk Densitas Kg/ltr 0.7 0.8Kadar Air % 7 18.2Kadar Abu % 24 20.2Ukuran butir mesh 16 x 20 16 x 20pH - 6.3 6.3Arang aktif lumpur k;ering mempunyai kapasitas penyerapan lebih besar daripada arang aktif tempurung dilihat dari Isotherm Freundlich yang terbentuk. Persamaan Isotherm Freundlich untuk effluent air limbah adalah sebagai berikut :TK1A2 : (og x/m = 0.9045 log C - 7.9808, R2 - 0,9048LK2A3 : log x;/m = 0.7568 log C - 5.7308, R2 = 0,7568Ketebalan media efektif antara ketebalan media 60 cm dan 80 cm dalam menyerap effuent wama air limbah IPAL pada sampel pertama adalah pada ketebalan media 80 cm. Bila dilihat dari jumlah berat zat wama yang tertangkap, arang aktif lumpur kering mempunyai kapasitas penyerapan lebih besar daripada aranp aktif tempurung, yaitu sebesar 3.217 mg/gram. Sedangkan untuk sampel kedua yang digunakan pada ketebalan media 100 cm, arang aktif lumpur kering dan arang aktif tempurung mempunyai kapasitas penyerapan relatif sama, bahkan arang aldif lumpur kering mempunyai kapasitas penyerapan sedikit lebih besar dibandingkan arang aktif tempurung.Dengan demikian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa arangaktif lumpur kering mempunyai kapasitas penyerapan yang lebih besar daripada arang aktif tempurung.
W anna substance is widely found in the textile industry, to overcome wanna pollutants, usually every textile industry processes waste. want to first in a Water Treatment Plant (IPAL) before being discharged into the water. But sometimes the color of the effluent discharged into the waters still looks watery and unsightly when viewed from the environmental aesthetics, even though the water effluent of the WWTP is below quality standards. Therefore there is a need for further processing so that the effluent water is not shared and can be used again for the industrial process itself. The alternative "further processing that can be done is by the adsorption process, which utilizes dry sludge and shell as activated charcoal to be used as an absorption medium.Adsorption is the process of concentrating particles or molecules of a solution on the estimation of solids or the most easily expressed is the process of attaching molecules to the solid surface. This study used activated charcoal media derived from dry mud and shells. The reason for using dry mud and shell as activated charcoal is because these materials are easy to obtain and have high organic content for the formation of charcoal. Besides that, it can also take advantage of the waste that has been wasted.Research on water effluent removal for IPAL P7. Coats Rejo Indonesia is carried out using an adsorption process with a column system (filter). The adsorbents used are dry mud and shell activated charcoal. while the sample used is the effluent color of PT. Coats Rejo Indonesia wastewater. The dye effluent adsorption test was carried out by varying the thickness of the column media, namely the media thickness of 60 cm, 80 cm and 100 cm.Data analysis was carried out to obtain good activated charcoal absorption between dry sludge and shell activated charcoal. Of the various carbonization and activation treatments in making activated charcoal, the active activated charcoal is 3 types TX1A2 (Shell) and LK2A3 (IPAK Dry Mud). TK1A2 (Tempurung) and LK2A3 activated charcoal have specifications which can be seen in the following table:Information on 3 types of sample unitsTK1A2(Shell) LKZA3(Mud)Methlyn Blue mg / g 808 886Iodine mg / g 506 1275Porosity 0.5 0.4Bulk Density Kg / ltr 0.7 0.8Water content% 7 18.2Ash content% 24 20.216 x 20 16 x 20 mesh grain sizepH - 6.3 6.3Dry sludge activated charcoal has a greater absorption capacity than shell activated charcoal seen from the Freundlich Isotherm formed. Freundlich's Isotherm equation for wastewater effluent is as follows:TK1A2: (og x / m = 0.9045 log C - 7.9808, R2 - 0.9048LK2A3: log x; / m = 0.7568 log C - 5.7308, R2 = 0.7568The effective media thickness between 60 cm and 80 cm in absorbing the color effuent of WWTP wastewater in the first sample was 80 cm in media thickness. When viewed from the weight of the color substance caught, dry mud activated charcoal has a greater absorption capacity than shell active charcoal, which is 3,217 mg / gram. Whereas for the second sample used at a media thickness of 100 cm, dry sludge activated charcoal and shell activated charcoal have relatively the same absorption capacity, even dry mud aldiffer charcoal has a slightly greater absorption capacity than shell activated charcoal.Thus overall it can be concluded that dry sludge activated charcoal has a greater absorption capacity than shell activated charcoal.