Hubungan kontrol diri dengan perilaku merokok pada remaja di SMA
P erilaku merokok merupakan masalah kenakalan remaja yang semakin meningkat setiap tahunnya. Perilaku merokok disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Kontrol diri adalah salah satu faktor internal yang memengaruhi remaja dalam berperilaku merokok. Kontrol diri tiap individu berbeda. Individu dengan kontrol diri rendah senang melakukan risiko tanpa memikirkan efek jangka panjangnya seperti berperilaku merokok. Sedangkan individu dengan kontrol diri tinggi sebaliknya. Terdapat beberapa penelitian yang mendapati hubungan negatif dan positif kontrol diri dengan perilaku merokok. Pengukuran kontrol diri pada penelitian sebelumnya menggunakan teori yang dikemukakan oleh Averill, sedangkan perilaku merokok diukur dengan teori Aritonang. Karena meningkatnya perokok usia 15-19 tahun di Indonesia serta belum ada yang meneliti hubungan kontrol diri dengan perilaku merokok menggunakan kuesioner Self Control Scale (SCS) dan Glover Nilsson Smoking Behavioral Questionnaire (GN-SBQ), peneliti tertarik untuk meneliti kejadian perilaku merokok dan hubungan kontrol diri dengan perilaku merokok pada remaja menggunakan SCS dan GN-SBQ. Penelitian ini menggunakan studi analitik observasional dengan desain Cross-sectional. Pengambilan sampel dengan cara stratified random sampling pada 136 siswa-siswi di SMA Labschool Kebayoran. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-September 2018. Pengumpulan data menggunakan kuesioner SCS untuk mengukur kontrol diri dan GN-SBQ untuk mengukur ketergantungan perilaku merokok. Analisis data dengan uji Chi-Square menggunakan program SPSS versi 23. Uji Chi-Square menunjukkan terdapat hubungan kontrol diri dengan perilaku merokok, p=0,000 (p<0,05). Terdapat hubungan yang bermakna kontrol diri dengan perilaku merokok pada remaja di SMA Labschool Kebayoran.
S moking behavior is a problem of juvenile delinquency which is increasing every year. Smoking behavior is caused by internal and external factors. Self-control is one of the internal factors that influence adolescents in smoking. Each individual has different self-control. Individuals with low self-control tend to risk without thinking of long-term effects such as smoking behavior. Whereas individuals with high self-control are the opposite. There are several studies that found a negative and positive relationship between self-control and smoking behavior. Self-control measurements in previous study used the theory put forward by Averill, while smoking behavior was measured by Aritonang's theory. Because of the increase of smokers aged 15-19 years in Indonesia and none has examined the relationship between self-control and smoking behavior using the Self Control Scale (SCS) and Glover Nilsson Smoking Behavioral Questionnaire (GN-SBQ), researchers were interested in examining the incidence of smoking behavior and relationship between self-control and smoking behavior in adolescents using SCS and GN-SBQ. This study used an observational analytic study with a cross-sectional design. Sampling was done by stratified random sampling on 136 students at Kebayoran Labschool Senior High School. The study was conducted in August-September 2018. Data collection used the SCS to measure self-control and GN-SBQ to measure smoking behavior dependence. Data were analyzed by Chi-Square test using the SPSS version 23 program. The Chi-Square test showed that there was a relationship between self control and smoking behavior, p=0,000 (p<0.05). There is a significant relationship between self control and smoking behavior in adolescents in Kebayoran Labschool Senior High School.