Hubungan perilaku sedentari dengan sindrom kerapuhan pada lansia
L ATAR BELAKANG: Secara global, populasi lansia mengalami peningkatan secara drastis pada dua dekade akhir. Di Indonesia terdapat sekitar 21 juta penduduk lansia dan merupakan negara kedelapan dengan populasi lansia terbesar di seluruh dunia. Pada lansia sudah mulai membatasi diri untuk beraktivitas sehari-hari serta berisiko memiliki berbagai penyakit terutama penyakit tidak menular. Situasi tersebut merupakan tantangan bagi lembaga pelayanan kesehatan maupun lembaga kepedulian sosial. Lansia biasanya meluangkan sebagian besar waktu bangun tidur untuk melakukan duduk yang lama, menonton televisi, atau membaca serta kurangnya berolahraga, disebut sebagai perilaku sedentari. Perilaku sedentari dapat memberikan efek terhadap lansia lebih rentan untuk mengalami penurunan fungsi tubuh serta ketidakmampuan yang lebih besar dalam beraktivitas sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah mencegah terjadinya progresivitas sindrom kerapuhan pada lansia dengan menentukan adanya hubungan perilaku sedentari dan sindrom kerapuhan.METODEPenelitian menggunakan studi observasional dengan desain cross-sectional yang mengikutsertakan 215 responden berusia 60 tahun ke atas (lansia) di Desa Lebo, Sidoarjo, Jawa Timur. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara dan menggunakan dua kuesioner, meliputi Tilburg Frailty Indicator untuk menilai tingkatan kerapuhan dan International Physical Activity Questionnaire short form untuk menilai durasi perilaku sedentari. Analisis data menggunakan SPSS 21.0.HASILHasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna (p = 0,000) serta korelasi yang kuat (r = 0,676) antara perilaku sedentari dengan sindrom kerapuhan pada lansia.KESIMPULANPada penelitian ini diperoleh hubungan secara bermakna antara perilaku sedentari dengan sindrom kerapuhan, menggambarkan semakin meningkatnya lama durasi perilaku sedentari semakin cenderung memasuki keadaan sindrom kerapuhan
B ACKGROUND: Globally, the elderly population has increased drastically in the last two decades. In Indonesia there are around 21 million elderly people and is the eighth country with the largest elderly population in the entire world. The elderly have started to limit themselves to do their daily activities and are at risk of having various diseases, especially non-communicable diseases. That situation is a challenge for health care institutions and social care institutions. The elderly usually spend most of their waking time to sit long time, watch the television, or read also lack of exercise, referred to as sedentary behavior. Sedentary behavior can have an effect on older people who are more susceptible to be lacked of body functions and greater inability to do daily activities. The purpose of this study is to prevent the progression of frailty syndrome in the elderly by determining the relationship between sedentary behavior and frailty syndrome.METHODSThis research was an observational study with the cross sectional design, which involved 215 respondents with age 60 years and above (elderly) in Desa Lebo, Sidoarjo, East Java. The data were collected through the interview to the respondents directly or the caregiver also using two questionnaires, those are Tilburg Frailty Indicator for assessing the level of frailty and International Physical Activity Questionnaire short form for assessing the duration of sedentary. Data analysis was performed by using SPSS 21.0.RESULTSThe result of Spearman correlation’s test shows a significant relationship (p = 0,000) also a strong correlation (r = 0,676) between sedentary behavior and frailty syndrome in elderly.CONCLUSIONSIn this research was obtained that there was a significant relationship between sedentary behavior and frailty syndrome, describes the increasing duration of sedentary behavior will more tend to be frailty syndrome.