DETAIL KOLEKSI

Hubungan frekuensi konsumsi junk food dengan depresi pada siswa SMP

0.0


Oleh : Balqis Khansa Nabila

Info Katalog

Nomor Panggil : S 1425

Penerbit : FK - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2019

Pembimbing 1 : Ida Effendi

Subyek : Deppression (psychology) - Student

Kata Kunci : depression, junk food, students

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2019_TA_KD_03015040_Halaman-judul.pdf
2. 2019_TA_KD_03015040_Bab-1-Pendahuluan.pdf 3
3. 2019_TA_KD_03015040_Bab-2-Tinjauan-literatur.pdf 13
4. 2019_TA_KD_03015040_Bab-3-Kerangka-konsep.pdf 3
5. 2019_TA_KD_03015040_Bab-4-Metode.pdf 8
6. 2019_TA_KD_03015040_Bab-5-Hasil.pdf 2
7. 2019_TA_KD_03015040_Bab-6-Pembahasan.pdf 4
8. 2019_TA_KD_03015040_Bab-7-Kesimpulan.pdf 2
9. 2019_TA_KD_03015040_Daftar-pustaka.pdf 3
10. 2019_TA_KD_03015040_Lampiran.pdf 20

S aat ini terjadi peningkatan konsumsi junk food pada masyarakat. Junk food lebih dinikmati karena memiliki rasa yang enak, bentuk yang menarik, serta mudah untuk didapat dan diolah dalam waktu singat. Akan tetapi junk food memiliki kandungan yang berbahaya untuk tubuh, seperti trans fatty acid, lemak tidak jenuh, dan nutrisi rendah. Kandungan tersebut dapat meningkatkan risiko kejadian depresi. Tercatat bahwa kejadian depresi meningkat tajam setelah pubertas, dengan prevalensi rata-rata4-5% dalam satu tahun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara frekuensi konsumsi junk food dan depresi pada siswa SMP. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan rancangan cross sectional pada 80 siswa SMP. Sampel diambil dengan menggunakan teknik consecutive non random sampling. Frekuensi konsumsi junk food diukur dengan menggunakan FFQ. Depresi diukur dengan menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square. Sebagian besar responden (70%) sering mengonsumsi junk food. Sejumlah 44 dari 56orang (78.5%) yang sering mengonsumsi junk food mengalami depresi. Uji chisquare menunjukkan hubungan yang bermakna antara frekuensi konsumsi junk food dan kejadian depresi (P = 0,01). Frekuensi konsumsi junk food mempengaruhi kejadian depresi pada siswa.

T he consumption of junk food has increased. Junk food is more preferred because it tastes better, looks more attractive, easier to get, and faster to process. Meanwhile,junk food contains trans fatty acid, unsaturated fat, and low nutrient that could increase the risk of depression. According to a recent study, depression increased after puberty, with average of prevalence 4-5% in a year. The objective of this study is to understand the correlation between frequency of junk food consumption and depression among middle school students. This research is a descriptive study with cross sectional design to 80 middle school students. Respondents were drawn using consecutive non random sampling method.Data was collected using Food Frequency Questionnaire and Beck Depression Inventory Questionnaire. Data was analyzed by univariate and bivariate analysis with Chi-Square test using SPSS. Majority of respondents (70%) is more likely to consume junk food. 44 out of 56 respondents (78,5%) who consumed more junk food are depressed. Chi-square test shows that there is a positive correlation between frequency of junk food consumption and depression (p = 0,01). There is a correlation between depression and frequency of junk food consumption among students.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?