DETAIL KOLEKSI

Uji sitotoksisitas pada rimpang curcuma xanthorrhiza roxb. Terhadap cell line hone-1 (laporan penelitian)

5.0


Oleh : Amalia Azhar Putri Hardyanti

Info Katalog

Nomor Panggil : 612.015 HAR u

Penerbit : FKG - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2019

Pembimbing 1 : Prof. Dr. drg. Melanie S. Djamil, M.Biomed, PBO.

Pembimbing 2 : drg. Monica Dewi Ranggaini, SKG, MKG, FICD.

Subyek : Biochemistry;Herbal medicine

Kata Kunci : C. xanthorrhiza Roxb. , Cell Line HONE-1, MTT, viability cell

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2019_TA_KG_040001500013_Halaman-Judul.pdf
2. 2019_TA_KG_040001500013_Bab-1.pdf
3. 2019_TA_KG_040001500013_Bab-2.pdf 6
4. 2019_TA_KG_040001500013_Bab-3.pdf
5. 2019_TA_KG_040001500013_Bab-4.pdf
6. 2019_TA_KG_040001500013_Bab-5.pdf
7. 2019_TA_KG_040001500013_Bab-6.pdf
8. 2019_TA_KG_040001500013_Bab-7.pdf
9. 2019_TA_KG_040001500013_Daftar-Pustaka.pdf -1
10. 2019_TA_KG_040001500013_Lampiran.pdf

K anker merupakan suatu penyakit penyebab kematian peringkat kedua di dunia Kanker Nasofaring adalah tumor ganas yang banyak terjadi di Indonesia dan lebih banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab KNF diduga karena infeksi Epstein-Barr virus (EBV). Diagnosis dini KNF sering sulit ditegakkan karena gejala awal tidak jelas. Terapi kanker nasofaring meliputi tidakan pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. Rimpang Curcuma xanthorrhiza Roxb. merupakan tanaman obat asli dari Indonesia yang mengandung zat kurkumin dan mempunyai potensi antikanker sehingga dapat dikembangkan untuk pengobatan alternatif baru. Penelitian ini bertujuan untuk memverifikasi apakah terdapat efek sitotoksisitas dari rimpang C. xanthorrhiza Roxb. terhadap Cell Line HONE-1. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium in vitro menggunakan metode uji 3-[4,5-Dimethylthiazolyl-2-yl]-2,5-di-phenyltetrazolium bromide (MTT). Pada penelitian ini menggunakan Cell Line HONE-1 dengan kelompok perlakuan yaitu, kontrol negatif berupa DMSO, kontrol positif berupa Doxorubicin dan ekstrak C. xanthorrhiza Roxb. 10, 50 dan 250 ppm dengan waktu paparan 24 jam dalam 3 kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa viabilitas sel dengan kontrol negatif berupa DMSO, kontrol positif berupa Doxorubicin dan ekstrak C. xanthorrhiza Roxb. 10, 50 dan 250 ppm dengan waktu paparan 24 jam pada pengulangan 1, 2 dan 3 berdistribusi normal yaitu (p > 0,05) dan tidak berbeda bermakna (p ≥ 0,05) yaitu terjadi penurunan viabilitas sel paling besar pada konsentrasi ekstrak C. xanthorrhiza Roxb. 250 ppm. Pada uji sitotoksisitas didapatkan hasil LC50 = 6.609 ppm pada pengulangan 1-3 uji CE 10, 50, dan 250 ppm. Hasil yang didapat bahwa CE tidak memiliki aktivitas sitotoksik karna nilai LC50 > 1000 ppm yang menunjukkan tidak ada aktivitas sitotoksik. Hal ini terjadi karena konsentrasi yang diberikan kurang tinggi sehingga hanya sedikit sel yang mati. Kesimpulan pada penelitian ini, hasil pemberian ekstrak C. xanthorrhiza Roxb. 10, 50 dan 250 ppm dengan metode MTT diverifikasi terdapat efek sitotoksisitas terhadap cell line HONE-1 berdasarkan uji one-way Anova. Jika semakin tinggi konsentrasi ekstrak C. xanthorrhiza Roxb. maka semakin sedikit cell line HONE-1 yang hidup karena ekstrak C. xanthorrhiza Roxb. memiliki potensi anti kanker. Sehingga ekstrak C. xanthorrhiza Roxb. mempunyai efek sitotoksisitas terhadap cell line HONE-1 tergantung pada konsentrasi yang diberikan melalui uji MTT.

B ackground: Cancer is a disease that causes death ranking second in the world. Nasopharyngeal cancer is a malignant tumor that occurs a lot in Indonesia and is more common in men. The cause of NPC is thought to be due to an Epstein-Barr virus (EBV) infection. Early diagnosis of NPC is often difficult to establish because the initial symptoms are unclear. Therapy for nasopharyngeal cancer includes surgery, radiotherapy and chemotherapy. Rhizome Curcuma xanthorrhiza Roxb. is an original medicinal plant from Indonesia which contains curcumin and has anticancer potential so that it can be developed for new alternative medicine. Objective: to verify whether there is a cytotoxicity effect from the rhizome of C. xanthorrhiza Roxb. against Cell Line HONE-1. Method: This study used an in vitro laboratory experimental method using the 3- [4,5Dimethylthiazolyl-2-yl] -2,5-di-phenyltetrazolium bromide (MTT) test method. In this study using Cell Line HONE-1 with the treatment group, namely, negative control in the form of DMSO, positive control in the form of Doxorubicin and C. xanthorrhiza Roxb extract. 10, 50 and 250 ppm with a 24-hour exposure time in 3 repetitions. Result: Cell viability with negative control was in the form of DMSO, positive control in the form of Doxorubicin and C. xanthorrhiza Roxb extract. 10, 50 and 250 ppm with a 24-hour exposure time on repetitions of 1, 2 and 3 with normal distribution p> 0.05 and not significantly different (p ≥ 0.05) that is the greatest decrease in cell viability at the extract concentration C xanthorrhiza Roxb. 250 ppm. In the cytotoxicity test, LC50 = 6.609 ppm results in repetition of 1-3 CE tests 10, 50 and 250 ppm. The results obtained were that CE did not have cytotoxic activity because the LC50 value >1000 ppm showed no cytotoxic activity. This happens because the concentration given is not high enough so that only a few cells die. Conclusion: The conclusion of this study is giving C. xanthorrhiza Roxb extract. 10, 50 and 250 ppm with the MTT method verified there is a cytotoxicity effect on cell line HONE-1 based on one-way Anova test. If the higher the concentration of C. xanthorrhiza Roxb extract. then fewer HONE-1 cell lines are alive because of C. xanthorrhiza Roxb extract. has anti-cancer potential. So that the extract of C. xanthorrhiza Roxb. has a cytotoxic effect on cell line HONE-1 depending on the concentration given through the MTT test.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?