DETAIL KOLEKSI

Usulan perbaikan Sistem Kanban berdasarkan Metode Theory of Constraint pada proses produksi Oil Cooler di PT Denso Indonesia


Oleh : Kevin

Info Katalog

Penerbit : FTI - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2012

Pembimbing 1 : Rahmi Maulidya

Pembimbing 2 : Iveline Anne Marrie

Subyek : Production management;Theory of constraints (management)

Kata Kunci : buffer time, kanban, WIP, simulation

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2012_TA_TI_06308052_Halaman-Judul.pdf 21
2. 2012_TA_TI_06308052_Bab1.pdf
3. 2012_TA_TI_06308052_Bab2.pdf
4. 2012_TA_TI_06308052_Bab3.pdf
5. 2012_TA_TI_06308052_Bab4.pdf
6. 2012_TA_TI_06308052_Bab5.pdf
7. 2012_TA_TI_06308052_Bab6.pdf
8. 2012_TA_TI_06308052_Bab7.pdf
9. 2012_TA_TI_06308052_Bab8.pdf 2
10. 2012_TA_TI_06308052_Daftar-Pustaka.pdf 2
11. 2012_TA_TI_06308052_Lampiran.pdf

P T. Denso Indonesia merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pembuatan suku cadang kendaraan bermotor yakni Oil Cooler. Produk Oil Cooler terdiri dari 4 bahan baku yaitu pipe outer, pipe inner, fin w64.8 dan fin w52.2. Produk Oil Cooler dibuat dalam 3 lini yang saling berhubungan dan berurutan meliputi lini assembling, lini tig welding dan lini finish good. Dalam memproduksi Oil Cooler, PT. Denso Indonesia sering mengalami permasalahan dalam usaha untuk memenuhi permintaan konsumen. Permasalahan yang terjadi di PT. Denso Indonesia adalah terjadinya penumpukan produk setengah jadi (WIP) di lantai produksi. Penumpukan ini berdampak pada banyaknya produk setengah jadi yang menjadi karat akibat dari lamanya penyimpanan di lantai produksi, sehingga diperlukan proses tambahan seperti proses pembersihan karat yang berdampak pada bertambahnya biaya operasional perusahaan. Penumpukan produk setengah jadi disebabkan karena tidak meratanya kapasitas antar mesin serta berlebihnya jumlah kartu P-kanban dan C-Kanban yang beredar di lantai produksi. Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi mesin yang mengalami bottleneck. Kemudian memberikan time buffer pada mesin yang mengalami bottleneck yaitu mesin Assembling & Expanding (8.67 jam), mesin Oven 1 (14 jam), mesin Tig Welding (1.38 jam), mesin Semi Auto Nipple Brazing (0.87 jam), mesin Oven 2 (12.79 jam), mesin Oven 3 (13.16 jam) dan mesin Oven 4 (13.18 jam). Setelah aliran produksi menjadi lancar, dilakukan usulan perbaikan sistem kanban. Berdasarkan perhitungan maka didapatkan jumlah P-Kanban yang beredar adalah 194 kanban\'sedangkan jumlah C-Kanban yang beredar adalah 214 kanban. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan sistem kanban ini, maka didapatkan rata-rata penurunan WIP adalah 48.65 % di lini assembling, 69.14 % di lini tig welding dan 33.51 % di lini finish good. Usulan yang dilakukan kemudian tlisimulasikan menggunakan software promodel 6 dengan 3 skenario yaitu kanban perusahaan dengan buffer, kanban usulan tanpa buffer dan kanban usulan dengan buffer. Hasil perbandingan model awal dengan model skenario menunjiikkan besarnya penurunan WIP. Pada lini assembling, skenario 1 mengalami penurunan sebesar 0.86 %, skenario 2 mengalami penurunan sebesar 0.86 % dan skenario 3 mengalami penurunan sebesar 1.74 %. Pada lini fig welding, skenario 1 mengalami penurunan sebesar 6.16 %, skenario 2 mengalami penurunan sebesar 22.40 % dan skenario 3 mengalami penurunan sebesar 32.59 %. Pada lini finish good, skenario 1 mengalami penurunan sebesar 9.95 %, skenario 2 mengalami penurunan sebesar 18.78 % dan skenario 3 mengalami penurunan sebesar 32.59 %.

P T. Denso Indonesia is a manufacturing company engaged in the manufacture of automobile parts like Oil Cooler. Oil Cooler products consist of four raw materials like outer pipe, inner pipe, fin w64.8 and fm w52.2. Oil Cooler product line is made in three mutually connected and respectively include assembling line, tig welding line and finish good line. In producing Oil Cooler, PT. Denso Indonesia often experience problems in trying to meet consumer demand. Problems that occur in the PT. Denso Indonesia is the accumulation of intermediate products (WIP) on the production floor. Stacking is impacting on the number of semi-finished products are to be rust due to the length of storage on the production floor, so that the necessary additional processes such as cleaning the rust that affects the company\'s increasing operational costs. Accumulation of intermediate products due to the uneven capacities between the engine and the excess amount of P-kanban cards and the C-Kanban in circulation on the production floor. The first step is to identify a bottleneck machine. Then give a time buffer at the bottleneck machine that had Assembling Expanding (8.67 hours), Oven 1 (14 hours), Tig Welding (1.38 hours), Semi Auto Nipple Brazing (0.87 hours), Oven 2 (12.79 hours), Oven 3 (13.16 hours) and Oven 4 (13.18 hours). After a smooth production flow, do the proposed improvements kanban system. Based on the calculation of the obtained number of P¬Kanban in circulation is 194 while the number of C-Kanban in circulation is 214. From the results of calculations using _his kanban system, then earned 18.65% in assembling line, 69.14% in tig welding line and 33.51% in finish good line. The proposal is made then simulated using ProModel i with three scenarios that companies with a buffer, kanban proposal without buffer and kanban proposal with buffer. The results of the initial model comparison with the model scenarios shows substantial reduction of WIP. On the assembling line, scenario 1 has decreased by 0.86%, scena...3 2 has decreased by 0.86%, scenario 3 has decreased by 1.74%. In the line of tig welding, scenario 1 has decreased by 6.16%, scenario 2 has decreased by 22.40%, scenario 3 has decreased by 32.59%. At the finish line of good, scenario 1 has decreased by 9.95%, scenario 2 has decreased by 18.78% and scenario 3 has decreased by 32.59%.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?