Rancangan Penjadwalan perawatan bus menggunakan pendekatan failure mode and effect criticality analysis dan analisa risiko untuk meningkatkan nilai keandalan bus di po gajah mungkur sejahtera
T ransportasi merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia untuk memudahkan dalam mencapai jarak yang dekat ataupun jarak yang jauh. Transportasi darat menjadi pilihan utama untuk mencapai daerah pedalaman. Persaingan bisnis pada transportasi darat terutama bus lintas daerah yang semakin ketat mendorong PO Gajah Mungkur Sejahtera selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas dalam pelayanan dan keselamatan. PO Gajah Mungkur Sejahtera melayani penumpang dengan trayek Wonogiri ± Jakarta. Perawatan bus merupakan kegiatan penting untuk menjaga kondisi bus tetap berada pada kondisi siap beroperasi. Sistem perawatan yang tidak terkoordinasi menyebabkan penggantian komponen bus yang mengalami kerusakan menjadi tidak terkendali. Komponen yang memiliki peran penting dalam pengoperasian bus disebut sebagai komponen kritis. Penelitian ini berdasarkan 22 bus kelas VIP. Berdasarkan data kerusakan selama 4 tahun, diperoleh urutan komponen kritis yaitu kopling, rem, ban, shockbreaker dan piston. Akar penyebab kerusakan komponen kritis ditentukan menggunakan Fault Tree Analysis (FTA). Nilai kritis dan tingkat risiko setiap komponen diidentifikasi dengan menggunakan Failure Mode and Effect Criticality Analysis (FMECA). Komponen kopling merupakan komponen paling kritis dengan tingkat risiko tinggi untuk 7 bus VIP dengan nilai Mean Time To Failure (MTTF) sebesar 179,446 hari. Strate gi perawatan yang sesuai bagi komponen kopling ditentukan dengan Matriks Risiko. Strategi perawatan yang sesuai untuk 4 bus dengan jenis distribusi data Lognormal adalah pengganti komponen saat jadwal preventive maintenance yang telah ditentukan dan untukbus lai dengan distribusi data Eksponensial adalah corrective maintenance. Perawatan yang bersifat corrective tidak memberikan peningkatan nilai keandalan. Pendekatan nilai keandalan (reliabilitis) dunakan untuk menentukan jadwal preventive maintenance. Diperoleh interval penggantian pencegahan adalah 119 hari atau sama dengan 40 kali perjalanan alqing pergi Wonogiri ± Jakarta. Penjadwalan preventive maintenance ini memberikan peningkatan nilai keandalan bus sebesar 35%.
T ransportation is a fundamental need for every human being to facilitate in reaching the distance of a distance or distance. Land transportation becomes the primary choice to reach the inland areas. Business competition in ground transportation, especially cross-regional buses are increasingly tight pushing PO Gajah Mungkur Sejahtera always strives to improve the quality in service and safety. PO Gajah Mungkur Sejahtera serves passengers on the Wonogiri route ± Jakarta. Bus maintenance is an important activity to keep the bus condition in a ready condition to operate. Uncoordinated maintenance systems cause the replacement of damaged bus components to become uncontrollable. Components that have an important role in the operation of the bus are called critical components. This study is based on 22 VIP class buses. Based on data damage for 4 years, obtained the order of critical components ie clutch, brakes, tires, shockbreaker and piston. The root cause of critical component damage is determined using Fault Tree Analysis (FTA). The critical values ​​and risk levels of each component are identified using Failure Mode and Effect Criticality Analysis (FMECA). The coupling component is the most critical component with high risk level for 7 VIP bus with Mean Time To Failure (MTTF) value of 179,446 days. The appropriate strata gi care for the clutch component is determined by the Risk Matrix. The appropriate maintenance strategy for 4 buses with Lognormal data distribution type is the replacement of the component when the predetermined preventive maintenance schedule and for the bus with the Exponential data distribution is corrective maintenance. Corrective treatment does not provide an increase in reliability value. Reliability value approach (reliabilitis) is used to determine preventive maintenance schedule. Obtained intervals of preventive prevention are 119 days or equal to 40 times alqing travel go Wonogiri ± Jakarta. Scheduling preventive maintenance provides an increase in the reliability of the bus by 35%.