Faktor yang memengaruhi kepatuhan berobat pada pasien skizofrenia
G angguan jiwa atau mental illness merupakan gangguanyang memengaruhi suasana hati, pikiran, dan perilaku seseorang. Gangguan jiwasampai saat ini masih menjadi permasalahan yang serius di dunia. World Health Organization (WHO) tahun 2013 pasien gangguan jiwa di dunia mencapai 450 jutaorang. Di Indonesia jumlah pasien gangguan jiwa mencapai 1,7 dan pada tahun 2018mengalami peningkatan menjadi 7%. Menurut data Kemenkes RI prevalensi orangdengan gangguan jiwa skizofrenia yang melakukan pengobatan sebanyak 84,9%, dan yang melakukan pengobatan sebanya 51,1% nya tidak rutin dalam mengkonsumsi obat yang diberikan, dengan alasan yang sangat beragam, alasan yang paling banyak adalah pasien merasa sudah sehat. Pasien skizofrenia memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang, dan ketidakpatuhan terhadap pengobatannya dapat memiliki konsekuensi serius seperti risiko kekambuhan. Oleh karenanya kerjasama yang baik antara pasien keluarga danlingkungan sekitar untuk selalu mendorong dan memotivasi penderita skizofreniadalam pengobatanya sangat penting, agar penderita skizofrenia dapat memilikikualitas hidup yang lebih baik. Berkaitan dengan pengobatan dalam jangka waktu panjang, maka peranyang paling mendukung kepatuhan berobat pada pasien skizofrenia adalah perankeluarga dan masyarakat sekitarnya yang memiliki pengetahuan yang baik tentang kondisi pasien, serta dukungan dari pemerintah untuk membantu biaya pengobatan pasien. Tenaga kesehatan sebaiknya juga dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien dan keluarganya sehingga timbul prinsip saling percaya, serta dapat memberikan informasi dan edukasi tentang efek samping obat dan pentingnya kepatuhan minum obat secara teratur agar tidak terjadi kekambuhan.
M ental health law number 18 of 2014. Mental illness is a disorder that affects a person's mood, mind, and behavior. Mental disorders until now are still a serious challenge in the world. World Health Organization (WHO) in 2013, mental illness patients in the world reached 450 millions people. The number of mental patients in Indonesia reach 1.7 millions, and in 2018 an increase to 7%. According to data from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia the prevalence of people with psychiatric disorders who take treatment are 84.9%. And schizophrenics who take medication of 51.1% do not routinely consume the drugs given, with very diverse reasons, the most common reason is that patients feel healthy. Schizophrenia patients need treatment for a long period of time, and non-compliance with treatment can have serious consequences such as the risk of recurrence. then the need for good collaboration between family patients and the surrounding environment is needed to always encourage and motivate schizophrenics in their treatment, so that schizophrenics can have a better quality of life. With regard to treatment in the long term, the most supportive role of medical adherence in Schizophrenia patients is the role of families and surrounding communities who have good knowledge of the patient's condition, as well as support from the government to help with the cost of treating patients. Health workers should also be able to provide a sense of security and comfort to patients and their families so that the principle of mutual trust arises, and can provide information and education about the side effects of drugs and the importance of compliance with taking medication regularly to avoid recurrence.