Hubungan orientasi seksual dan kesehatan mental laki – laki usia 20-25 Tahun
L aki – laki usia 20 – 25 tahun sedang menghadapi perkembangan dan perubahan terutama pada sosial dan mentalnya apabila ia juga memiliki orientasi seksual abnormal ditambah mengalami diskriminasi dan stigmatisasi maka bisa berdampak pada kesehatan mentalnya. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara orientasi seksual dan kesehatan mental. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai hubungan orientasi seksual dan kesehatan mental pada laki – laki usia 20 – 25 tahun.METODEDesain penelitian observatif analitik dengan pendekatan cross-sectional, sebanyak 119 subjek laki – laki berusia 20 – 25 tahun di salah satu restoran dan bar di wilayah Jakarta Utara, teknik pengambilan sampel non-random sampling dengan metode consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan skala Kinsey (orientasi seksual heteroseksual-homoseksual) dan skala kesehatan mental. Data dianalisis dengan Uji Chi-square dan tingkat kemaknaan < 0.05.HASIL PENELITIANSebagian besar subjek berstatus bekerja (82.4%) dengan jenis keluarga tiri/tunggal (65.6%). Rerata usia subjek 23 tahun. Mayoritas subjek berorientasi seksual abnormal (60.5%) dan memiliki kesehatan mental terganggu (63.9%). Hubungan interpersonal subjek dengan ayahnya terbesar pada kategori sangat tidak baik (33.6%) dan dengan ibu memiliki hubungan sangat baik (31.9%). Analisis bivariat menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara karakteristik sosiodemografi dengan orientasi seksual dan kesehatan mental, dan terdapat hubungan yang bermakna antara orientasi seksual dan kesehatan mental subjek (p = 0.00).KESIMPULANPenelitian ini menunjukkan hubungan yang bermakna antara orientasi seksual dan kesehatan mental laki – laki usia 20 – 25 tahun.
L aki – laki usia 20 – 25 tahun sedang menghadapi perkembangan dan perubahan terutama pada sosial dan mentalnya apabila ia juga memiliki orientasi seksual abnormal ditambah mengalami diskriminasi dan stigmatisasi maka bisa berdampak pada kesehatan mentalnya. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara orientasi seksual dan kesehatan mental. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai hubungan orientasi seksual dan kesehatan mental pada laki – laki usia 20 – 25 tahun.METODEDesain penelitian observatif analitik dengan pendekatan cross-sectional, sebanyak 119 subjek laki – laki berusia 20 – 25 tahun di salah satu restoran dan bar di wilayah Jakarta Utara, teknik pengambilan sampel non-random sampling dengan metode consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan skala Kinsey (orientasi seksual heteroseksual-homoseksual) dan skala kesehatan mental. Data dianalisis dengan Uji Chi-square dan tingkat kemaknaan < 0.05.HASIL PENELITIANSebagian besar subjek berstatus bekerja (82.4%) dengan jenis keluarga tiri/tunggal (65.6%). Rerata usia subjek 23 tahun. Mayoritas subjek berorientasi seksual abnormal (60.5%) dan memiliki kesehatan mental terganggu (63.9%). Hubungan interpersonal subjek dengan ayahnya terbesar pada kategori sangat tidak baik (33.6%) dan dengan ibu memiliki hubungan sangat baik (31.9%). Analisis bivariat menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara karakteristik sosiodemografi dengan orientasi seksual dan kesehatan mental, dan terdapat hubungan yang bermakna antara orientasi seksual dan kesehatan mental subjek (p = 0.00).KESIMPULANPenelitian ini menunjukkan hubungan yang bermakna antara orientasi seksual dan kesehatan mental laki – laki usia 20 – 25 tahun.