Prevalensi gigi berjejal pada gigi anterior permanen anak : Kajian pada murid SMP Perwira, Jakarta Selatan
M aloklusi dapat mengakibatkan gigi dan mulut tidak dapat berfungsi secara optimal. Tingkat prevalensi maloklusi, khususnya gigi berjejal pada anak masih cukup tinggi. Gigi berjejal yang terjadi terutama pada anak usia sekolah menengah dapat mempengaruhi penampilan dan kehidupan sosial anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran prevalensi gigi berjejal pada gigi anterior permanen anak. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan potong lintang pada 176 murid yang berusia 12-15 tahun di SMP Perwira, Jakarta Selatan. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk mengevaluasi gigi anterior berjejal di rahang atas dan rahang bawah dengan menggunakan metode Al-Hummayani. Data dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif, yaitu analisis persentase. Hasil penelitian menunjukkan 87,5% anak memiliki gigi anterior berjejal. Gigi anterior berjejal lebih sering ditemui pada rahang bawah (17,5%) dibanding dengan rahang atas (8,4%).
M alocclusion can reduce the function of the teeth and mouth. The level of prevalence of malocclusion, particularly dental crowding in child is still quite high. Crowding that occurs especially at the middle school age children can affect the appearance and social life of the child. The purpose of this study was to describe the prevalence of anterior crowding of the child’s permanent dentition. This study was an observational study using cross-sectional method to 176 school students, with an age range from 12 to 15 years at Perwira Junior High School, South Jakarta. Clinical examination was performed to evaluate the maxillary and mandibular anterior crowding using the method described by Al-Hummayani. Data were analyzed using percentage analysis. The findings indicated that 87,5% of the students have anterior crowding. Mandibular anterior crowding (17,5%) were more prevalent than the maxillary anterior crowding (8,4%).