Hubungan antara stres dan hipertensi pada usia 40-60 tahun : kajian pada SMAN 62 Jakarta
L atar Belakang: Prevalensi stres dewasa ini terus meningkat di kalangan masyarakat. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi penduduk yang mengalami gangguan mental emosional secara nasional adalah 6,0% dan prevalesi pada DKI Jakarta sebesar 5,7%. Individu dengan kecenderungan stres emosional yang tinggi akan mengalami peningkatan tekanan darah yang lebih besar dan meningkatkan risiko hipertensi. Hipertensi menjadi masalah global karena prevalensinya terns meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas dan stres. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi hipertensi di Indonesia pada umur 2:18 tahun sebesar 25,8%. Di DKI Jakarta prevalensi hipertensi sebesar 20%. Tujuan: Untuk mengetahui adanya hubungan antara stres dan hipertensi. Metode: Penelitian menggunakan metode observasional analitik korelatif dengan rancangan penelitian potong silang (cross sectional). Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner untuk mengukur tingkat stres, kuesioner yang digunakan yaitu Depression, Anxiety, Stress Scale-21 (DASS-21) kemudian responden diukur tekanan darahnya dengan sphygmomanometer air raksa. Data yang didapat dianalisis dengan uji Spearman. Hasii: Hasil penelitian menunjukkan terdapat 18 responden (50%) mengalami stres dengan 12 responden (33,33%) yang mengalami stres dengan hipertensi dan 6 responden (16,67%) yang mengalami stres namun tidak hipertensi, sedangkan 15 responden (41,67%) yang tidak mengalami hipertensi dan tidak stres dan 3 responden (8,33%) tidak mengalami stres namun hipertensi. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara stres dan hipertensi (p = 0,002) dengan korelasi sedang (r = 0,507).
B ackground: The prevalence of stress is increasing among the people. According to Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2013, the national prevalence of citizen which experienced emotional mental disorder was 6,0% and the prevalence in DKI Jakarta was 5,7%. Individuals who have tendency of high emotional stress will experience increased blood pressure which is greater and increases the risk of hypertension. Hypertension becomes a global problem because of its prevalence which continues to increase due to the changing lifestyle such as smoking, obesity and stress. According to the Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2013, it showed that prevalence of hypertension in Indonesia at age 18 years old was 25,8%. Prevalence of hypertension in DKJ Jakarta was 20%. Objective: To determine the relationship between stress and hypertension. Methods: This research used an observational analytic correlation study with cross sectional design. The data was collected using questionnaire to measure the level of stress. The questionnaire used are Depression, Anxiety, Stress Scale-21 (DASS-21). Then, respondents' blood pressure was measured using mercury sphygmomanometer. The obtained data were analyzed using Spearman Test. Results: The results showed there were 18 respondents (50%) experiencing stress, which are 12 respondents (33,33%) who experience stress with hypertension, 6 respondents (16,67%) who are under stress but not with hypertension, 15 respondents (41,67%) who do not have hypertension and stress and 3 respondent (8,33%) do not experience stress but hashypertension. Conclusion: This study showed a significant relationship between stress and hypertension (p = 0,000) with moderate correlation (r = 0.589).