Prevalensi torus palatinus berkaitan dengan usia dan jenis kelamin pada ras Proto Melayu : kajian pada Suku Minahasa di Kecamatan Tombatu, Kabupaten Minahasa Tenggara, Manado, Sulawesi Utara
T orus palatinus muncul dalam frekuensi yang besar dalam kehidupan manusia. Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dinyatakan bahwa ada hubungan antara torus palatinus dengan ras, usia, jenis kelamin, bentuk dan ukuran lesi. Torus palatinus lebih sering ditemukan pada ras Mongoloid. Dua ras besar yang mendiami Indonesia adalah ras Proto Melayu dan Deutro Melayu, dimana ras Deutro Melayu merupakan asimilasi dari ras Proto Melayu dan ras Mongoloid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah torus palatinus memang jarang ditemukan pada suku Minahasa, yang merupakan ras Proto Melayu dan mengetahui distribusi frekuensi torus palatinus berkaitan dengan usia, jenis kelamin, bentuk dan ukuran lesi. Tiga ratus tujuh puluh delapan subjek yang datang ke kegiatan bakti sosial yang dilaksanakan pada tanggal 10-12 Juli 2012 diperiksa keberadaan torus palatinusnya, dengan cara inspeksi klinis dan palpasi. Dari 378 subjek penelitian, torus palatinus hanya ditemukan pada 6 subjek (1,6%). Secara signifikan, torus palatinus lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria (1,3% berbanding 0,3%), dengan rentang usia 40-49 tahun. Bentuk torus palatinus yang paling banyak ditemukan adalah bentuk flat (1,1%), namun ditemukan juga bentuk lobular. Torus palatinus lebih banyak ditemukan dengan ukuran kecil (1,1%) dengan tipe soliter. Torus palatinus jarang ditemukan pada suku Minahasa (ras Proto Melayu), dengan frekuensi yang berbeda-beda berkaitan dengan usia dan jenis kelamin.
T orus palatinus has a great frequency in humans. Previous studies have shown that there is a relation between the occurrence of torus palatinus and race, age, sex, shape, and size. Torus palatinus are commonly found in Mongoloids. Two big races who live in Indonesia are the Proto Melayu and Deutro Melayu races. The Deutro Melayu race is an assimilation between Proto Melayu and Mongoloid race. The objectives of this study were to verify whether torus palatinus is rarely found in the Minahasa people and find the frequency distributions of torus palatinus in relation to race, age, sex, shape and size. Three hundred and seventy eight subjects who came to the social service activity which was held on July, 10th to 12th 2012 were examined for the presence of torus palatinus, by clinical inspection and palpation. Of the 378 subjects studied, torus palatinus was found only in 6 subjects (1.6%). Torus palatinus was significantly more common in women than in men (1.3%:0.3%), in the group age of 40-49 years. The most common shape of torus palatinus, that was found is flat (1.1%), followed by the lobular tori (0.5%). Torus palatinus occurred most commonly in small sizes, and the majority was the solitary type. Torus palatinus was rarely found in the Minahasa people (Proto Melayu race), with different frequencies in relation to age and sex