Hubungan antara anak sebagai perokok pasif dengan erupsi gigi permanen: Kajian pada anak usia 7 sampai 9 tahun di SDN 01 Cengkareng Timur, Jakarta Barat
D i antara negara-negara Asean persentase perokok di Indonesia sangat tinggi, yaitu 51,1%. Anak sebagai perokok pasif di Indonesia mencapai 43 juta jiwa, 11,4 juta di antaranya baru berusia 0-4 tahun. Data WHO tahun 2015 menunjukkan persentase anak usia 13-15 tahun yang terpapar asap rokok dari keluarganya mencapai 57,3%. Menurut Kieser, anak sebagai perokok pasif mengalami proses maturasi gigi permanen empat bulan lebih lambat dibandingkan anak yang tidak terpapar rokok. Penelitian Avsar menunjukkan ada hubungan antara anak sebagai perokok pasif dengan erupsi gigi permanen. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara anak sebagai perokok pasif dengan erupsi gigi permanen pada anak usia 7 sampai 9 tahun di SDN O1 Cengkareng Timur, Jakarta Barat. Metode Penelitian : Penelitian dilakukan pada 149 anak usia 7-9 tahun Tahap erupsi ditentukan berdasarkan kriteria Sato. Hasil Penelitian: Uji korelasi Spearman menunjukkan tidak ada hubungan antara anak sebagai perokok pasif dengan erupsi gigi molar pertama bawah, tetapi ada hubungan yang bermakna antara anak sebagai perokok pasif dengan erupsi insisivus sentral permanen atas (p<0,05) Kesimpulan : Ada hubungan yang berrnakna antara anak sebagai perokok pasif dengan erupsi gigi insisivus sentral perrnanen atas pada anak usia 7 sampai 9 tahun di SDN 01 Cengkareng Timur, Jakarta Barat.
A mong Asean countries the percentage of smokers in Indonesia is very high, that is 51.1%. In 2013, 43 million children in Indonesia were passive smokers, 11,4 million awere aged between 0-4 years. WHO (2015) showed the percentage of children aged 13-15 who were exposed to cigarette smoke from their family reached 57.3%. Kieser showed that passive smoking children experienced a 4 month late permanent teeth maturation process compared to children who were not exposed to cigarette smoke. Avsar showed a significant relationship between passive smoking chilren with tooth eruption. Objective: To determine the relationship between passive smoking children and the eruption of lower first molar and upper central permanent teeth. Methods: The study was conducted on 149 children aged 7-9 years in SDN 01 East Cengkareng, West Jakarta. The eruption stage is determined based on Sato's criterion stage of eruption. Results: Spearman's correlation showed there was no relationship between passive smoking children and the lower first molar tooth eruption, but there was a significant relationship between passive smoking children and the upper permanent central incisor tooth eruption. (p<0,05) Conclusion: There is a relationship between passive smoking children and the upper central incisor tooth eruption in 7 to 9 year-old children in SDN O1 East Cengkareng, West Jakarta.