Anodontia ditinjau dari aspek genetika
K elainan genetika pada manusia berupa gen resesif pada kromosom X dapat menyebabkan displasia ektodermal yaitu suatu kelainan yang ditar.dai rambut jarang, susah berkeringat karena kurangnya kelenjar keringat, gusi datar dan anodontia. Anodontia adalah kelainan dimana gigi tidak tumbuh karena tidak terdapat benih gigi. Frekuensi anodontia gigi sulung pada anak-c1r ak Jepang sekitar 5%, sedangkan di Swedia 0,5%. Khusus untuk gigi M3 ke,11ungkinan untuk tidak tumbuh sekitar 35%. Anodontia dapat diturunkar, kepada generasi berikutnya baik pad.a nak laki-laki maupun perempuan, tetapi pada laki-laki lebih sering mengalami kelainan anodontia dibandingkan perempuan, karena laki-laki hanya memiliki satu kromosom X, sehingga kemungkinan anak laki-laki normal (XAY) set.esar 50% sedangkan anodontia (XaY) ) sebesar 50%, tetapi terjadinya perempuan anodontia (XaXa) hanya sebesar 33,3%.
T he genetical abnormality of human being like resesif gen in X-chromosome can caused ectodermal dysplasia. Ectodermal dysplasia is an abnormality which marked rare hair and sweatless because less of sebaseous gland, flat gam. Anodontia is an abnormality where the teeth don't erupt. Frequency anodontia for primary dentition in Japanese children is about 5% and in Swedist 0,5%. The frequency of missing third molars have shoun this tooth to be congenitally absent is as many as 35%. Anodontia can be inhereted in the next generation not only boys but also girls, but boys more frequently than girls, because boys only have one X-chromosom, so the probability of normal boys (XAY) is 50% and anodontia (Xay) is 50% but anodontia of girls (XaXa) is 33,3%.