Hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada multipara
I ndonesia memiliki prevalensi anemia pada ibu hamil cukup tinggi, umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi. Jarak kehamilan yang <2 tahun terutama pada multipara dapat mempengaruhi kejadian anemia yang dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, persalinan lama akibat kelelahan otot rahim saat kontraksi, perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri) dan syok.METODEPenelitian ini menggunakan desain penelitian analitik observasional dengan pendekatan studi potong lintang (cross-sectional). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2021 di menggunakan rekam medis ibu hamil multipara yang berkunjung ke Puskesmas Toili III, Desa Sindang Sari, Kecamatan Toili Barat, Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia periode Januari – Desember 2020. Data yang dianalisis adalah usia, jarak kehamilan, frekuensi antenatal care (ANC) dan kejadian anemia. Data dianalisis dengan menggunakan SPSS Versi 28 dengan tingkat kemaknaan (p<0,05).HASILUsia subyek terbanyak pada rentang 20-35 tahun yaitu 82,6% dengan jarak kehamilan <2 tahun yaitu 67,9%. Kunjungan ANC 4 kali lebih banyak yaitu 56 orang (51,4%) dan prevalensi anemia sebanyak 69 orang (63,3%). Terdapat hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan (p=0,028) dan frekuensi ANC (p=0,000) dengan kejadian anemia pada ibu multipara. Namun hubungan antara usia dengan kejadian anemia pada ibu multipara tidak bermakna secara statistik dengan nilai p=0,988KESIMPULANTerdapat hubungan bermakna antara jarak kehamilan dan frekuensi ANC dengan kejadian anemia pada ibu multipara. Tidak terdapat hubungan bermakna antara usia dengan kejadian anemia pada ibu multipara.
I ndonesia has a high prevalence of anemia in pregnant women, generally caused by iron deficiency. Pregnancy spacing <2 years, especially in multiparas, can affect the incidence of anemia which can cause miscarriage, premature birth, prolonged labor due to uterine muscle fatigue during contractions, postpartum bleeding due to the absence of uterine muscle contractions (uterine atony) and shock.METHODThis study used an observational analytical research design with a cross-sectional study approach. This research was conducted in May 2021 using the medical records of multiparous pregnant women who visited the Toili III Health Center, Sindang Sari Village, West Toili District, Banggai Regency, Central Sulawesi Province, Indonesia for the period January - December 2020. The data analyzed were age, distance pregnancy, frequency of antenatal care (ANC) and incidence of anemia. Data were analyzed using SPSS Version 28 with a significance level (p<0.05).RESULTThe age of the most subjects was in the range of 20-35 years, namely 82.6% with a gestational distance of <2 years, namely 67.9%. ANC visits 4 times as many as 56 people (51.4%) and the prevalence of anemia as many as 69 people (63.3%). There was a significant relationship between gestational interval (p=0.028) and ANC frequency (p=0.000) with the incidence of anemia in multiparous mothers. However, the relationship between age and the incidence of anemia in multiparous mothers was not statistically significant with p value = 0.988CONCLUSIONThere is a significant relationship between gestational distance and frequency of ANC with the incidence of anemia in multiparous mothers. There is no significant relationship between age and the incidence of anemia in multiparous mothers.