Hubungan rinitis alergi dengan refflux laringofaring pada usia produktif
R efluks Laringofaring (RLF) adalah keadaan dimana asam lambung bergerak retrograd kearah esofagus bagian atas, faring dan laring atau bisa juga disebut dengan aliran balik lambung. Refluks laringofaring menunjukkan presentasi klinis nonspesifik, dapat berupa suara serak, batuk, globus pharyngeus, post nasal drip, dan gejala-gejala ini dapat dikaitkan dengan kondisi lain seperti alergi, termasuk rinitis alergi. Struktur anatomi saluran napas atas dan bawah yang saling berhubungan berdampak pada lokasi gangguan yang di timbulkan. Apabila terdapat gangguan di salah satu saluran napas kemungkinan dapat berdampak di keseluruhan saluran napas. Penelitian ini dilakukan di RSUD Tangerang pada bulan Agustus – Desember 2018 dengan total 105 responden. Penelitian ini menggunakan studi analitik observasional dengan desain Cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling dengan jenis consecutive sampling, diambil melalui wawancara dan pengisian kuesioner ISAAC dan skor RSI. Analisis data dengan menggunakan program SPSS 21 for mac dengan uji Chi-Square. Didapatkan sebanyak 35,2% dari 105 orang pasien mengalami refluks laringofaring. Dari total pasien yang mengalami refluks laringofaring, didominasi menderita rinitis alergi dengan derajat berat (33,3%). Hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan antara rinitis alergi dengan refluks laringofaring pada usia produktif dengan p = 0.039 (p < 0.05). Dapat disimpulkan terdapat hubungan antara rinitis alergi dengan refluks laringofaring pada usia produktif di RSUD Kabupaten Tangerang.
L aryngopharyngeal Reflux (LPR) is a condition in which gastric acid moves retrograde towards the upper esophagus, pharynx and larynx or can also be called gastric return. Laryngopharyngeal reflux shows a nonspecific clinical presentation, can be hoarseness, cough, globus pharyngeus, post nasal drip, and these symptoms can be associated with other conditions such as allergies, including allergic rhinitis. The interconnected anatomical structures of upper and lower airways have an impact on the location of the disturbance caused. If there is a disturbance in one of the airways it is possible to have an impact on the entire airway. This research was held in Tangerang Public Hospital in August - December 2018 with respondents as many as 105 respondents. This study used an observational analytic study with a cross sectional design. The sampling technique used non probability sampling with the type of consecutive sampling, taken through interviews and filling the ISAAC questionnaire and RSI score. Data analysis using SPSS 21 for mac program with the Chi-Square test. 35.2% of 105 patients had laryngopharyngeal reflux. From total patients who experienced laryngopharyngeal reflux, they were predominantly suffering from severe degrees of allergic rhinitis (33.3%). These results indicate a relationship between allergic rhinitis and laryngopharyngeal reflux in productive age with p = 0.039 (p <0.05). It can be concluded that there is a relation between allergic rhinitis and laryngopharyngeal reflux in productive age in Tangerang District Hospital.