Hubungan kontrol gula darah dan kejadian glaukoma pada pasien diabetes tipe 2 usia produktif
G laukoma, ditandai oleh peningkatan tekanan intraokular dan atrofi papil saraf optik, dapat menyebabkan berkurangnya lapang pandang hingga kebutaan. Menurut World Health Organization (WHO), prevalensi glaukoma di Indonesia mencapai 0,78%, dengan Jakarta memiliki tingkat 2,53%. Studi glaukoma menunjukkan bahwa kondisi ini dapat menjadi komplikasi diabetes melitus (DM), yang prevalensinya tinggi di Indonesia, mencapai peringkat 4 dunia. Meskipun hubungan antara DM dan glaukoma belum sepenuhnya jelas dari hasil penelitian yang beragam, peran DM sebagai faktor risiko potensial untuk glaukoma memicu minat penelitian, terutama pada populasi usia produktif. Pentingnya pengawasan ketat terhadap kadar gula darah dalam mengurangi risiko komplikasi glaukoma, yang dapat menyebabkan kebutaan permanen, menjadi perhatian utama dalam mengelola kesehatan mata pada pasien diabetes tipe 2 usia produktif.METODEPenelitian ini menggunakan studi analitik observasional dengan desain penelitian cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 usia produktif yang datang dan berobat di RSPAD. Sample yang dibutuhkan sebanyak 44 sample dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Analisis data menggunakan SPSS v25.0 dan tingkat kemaknaan yang digunakan <0,05.HASILHasil penelitian dianalisis dengan uji Chi-square dan tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (p = 0,434), kontrol guladarah (p = 0,549) dengan kejadian glaukoma pada pasien DM tipe 2, tetapi terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian glaukoma pada pasien DM tipe 2 (p = 0,034).KESIMPULANPada penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara jenis kelamin dan kontrol gula darah dengan kejadian glaukoma. Namun, didapatkan hubungan antara usia dengan kejadian glaukoma pada pasien DM tipe 2 RSPAD.
G laucoma, characterized by increased intraocular pressure and optic nerve head atrophy, can lead to a reduction in visual field up to blindness. According to the World Health Organization (WHO), the prevalence of glaucoma in Indonesia reaches 0.78%, with Jakarta having a rate of 2.53%. Glaucoma studies indicate that this condition can be a complication of diabetes mellitus (DM), which has a high prevalence in Indonesia, ranking fourth globally. Although the relationship between DM and glaucoma is not fully elucidated due to diverse research findings, the role of DM as a potential risk factor for glaucoma has sparked research interest, especially in the productive-age population. The importance of tight monitoring of blood sugar levels in reducing the risk of glaucoma complications, which can result in permanent blindness, becomes a primary concern in managing eye health in productive-age patients with type 2 diabetes.METHODSThis study employs an observational analytical study with a cross-sectional research design. The sample in this research consists of productive-age type 2 diabetes mellitus patients who come for treatment at RSPAD. The required sample size is 44 participants, and the sampling technique utilized is purposive sampling. Data analysis is conducted using SPSS v25.0, with a significance level set at<0.05.RESULTSThe research results were analyzed using the Chi-square test, and no significant relationship was found between gender (p = 0.434) and blood sugar control (p = 0.549) with the occurrence of glaucoma in type 2 diabetes mellitus patients.However, a significant relationship was found between age and the occurrence of glaucoma in type 2 diabetes mellitus patients (p = 0.034).CONCLUSIONIn this study, no relationship was found between gender and blood sugar control with the occurrence of glaucoma. However, a significant relationship was found between age and the occurrence of glaucoma in type 2 diabetes mellitus patients at RSPAD.