Pemanfaatan kulit Udang Windu (Penaeus monodon) sebagai koagulan alami untuk penyisihan konsentrasi zat warna biru, TSS dan kekeruhan dalam air limbah industri sablon skala rumah tangga
P ada penelitian ini dilakukan pengolahan air limbah sablon untuk menyisihkan kekeruhan, TSS, dan zat warna dengan metode koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi. Koagulan yang digunakan berupa kitosan kulit udang windu yang merupakan koagulan alami. Kitosan kulit udang windu dapat dihasilkan melalui proses deproteinasi, demineralisasi, dan deasetilasi kitin. Kitosan merupakan polisakarida terbanyak setelah selulosa dan dapat ditemukan pada eksoskeleton invertebrata. Dalam penelitian ini, kitosan kulit udang windu memiliki derajat deasetilasi (DD) sebesar 38,07%. Kitosan diaktivasi menjadi biokoagulan menggunakan larutan asam asetat (CH3COOH) 1%. Variasi yang digunakan pada proses koagulasi meliputi variasi kecepatan pengadukan 100, 150, 200 rpm, variasi dosis koagulan sebesar 25, 50, 100, 150, 200, 250, 300, 350 mg/L dan variasi waktu pengadukan sebesar 1, 2, dan 3 menit. Kecepatan pengadukan pada proses flokulasi adalah sebesar 20 rpm selama 30 menit dan proses sedimentasi dilakukan selama 30 menit. Hasil percobaan menunjukkan bahwa, koagulasi menggunakan kitosan udang windu pada kecepatan optimum sebesar 200 rpm dengan waktu pengadukan 3 menit dapat menyisihkan kekeruhan sebesar 79,18%, zat warna sebesar 99,66% dan TSS sebesar 90,81%. Dosis optimum koagulan kitosan sebesar 200 mg/L dapat menyisihkan kekeruhan sebesar 87,76%, warna sebesar 99,66% dan TSS sebesar 93,66%. Menurut baku mutu, konsentrasi TSS dan warna untuk debit air limbah industri tekstil ≤ 100 m3/hari masing-masing sebesar 50 mg/L dan 200 Pt-Co. Penggunaan kitosan kulit udang windu dengan dosis 200 mg/l telah menghasilkan efluen konsentrasi TSS dan zat warna yang memenuhi baku mutu, yaitu masing-masing sebesar 143,93 Pt-Co dan 47,8 mg/l.
I n this observation, conducted a screen printing wastewater treatment to remove turbidity, TSS, and dyes with coagulation, flocculation, and sedimentation methods using the chitosan shrimp shells as a biocoagulant. Shrimp shells can produce chitosan through deproteination, demineralization, and deacetylation of chitin process. Chitosan is the most polysaccharide after cellulose and can be found on the exoskeleton of invertebrates. The observation results show that chitosan made of shrimp shells has a deacetylation degree of 38.07%. Chitosan is activated to be a biocoagulant using a 1% acetic acid (CH3COOH) solution. For coagulation, the rapid mixing speed was varied at 100, 150, and 200 rpm, the coagulant dose was varied at 25, 50, 100, 150, 200, 250, 300, and 350 mg/L with a mixing time of 1, 2, and 3 minutes. The mixing speed for flocculation was 20 rpm for 30 minutes and 30 minutes of sedimentation to form a precipitate. The observation results show that the optimum mixing speed of 200 rpm and mixing time of 3 minutes could remove turbidity, dyes and TSS up to 79.18%, 99.662%, and 90,81%, respectively. The optimal coagulant dose of 200 mg/L could remove turbidity, dyes and TSS up to 87,76%, 99.662%, and 93,66%, respectively. According to quality standards, TSS levels and dyes for the discharge of the textile industry wastewater ≤ 100 m3/day was 50 mg/L and 200 Pt-Co, respectively. The use of 200 mg/L dose could remove dyes and TSS levels meets the quality standards up to 143,93 Pt-Co and 47,8 mg/L, respectively.