Efektivitas penggunaan cangkang telur ayam sebagai biokoagulan dalam pengolahan air tanah menggunakan Reaktor Koagulasi, Flokulasi, dan Sedimentasi (Studi Kasus: MCK RW 01, Kelurahan Kota Bambu Selatan, Jakarta Barat)
A ir tanah adalah air yang dapat digunakan oleh manusia sebagai kebutuhan pokok. Air tanah di Fasilitas MCK RW 01, Kelurahan Kota Bambu Selatan, Jakarta Barat memiliki kadar TDS sebesar 350 mg/L dan kekeruhan sebesar 70 NTU, dimana tidak memenuhi syarat mutu air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2023 tentang Kesehatan Lingkungan. Metode koagulasi dan flokulasi adalah salah satu metode yang dapat menyisihkan parameter TDS dan kekeruhan dengan penambahan koagulan. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan hasil pengolahan air tanah menggunakan biokoagulan dan koagulan kimiawi berdasarkan syarat mutu air minum. Penelitian ini menggunakan biokoagulan karena bersifat biodegradable, ekonomis, dan ramah lingkungan jika dibandingkan dengan koagulan kimiawi. Biokoagulan yang digunakan pada penelitian ini berupa cangkang telur ayam yang mengandung kalsium karbonat (CaCO3) yang dapat menyisihkan parameter TDS, kekeruhan, nitrit, nitrat, besi, dan mangan. Pada penelitian ini digunakan variasi ukuran biokoagulan sebesar 50, 100, dan 150 mesh; G.td koagulasi 17.000, 34.000, 48.000, dan 96.000; G.td flokulasi 28.000 dan 77.000; dan waktu pengendapan 1, 1,5, dan 2 jam pada skala lapangan. Rentang dosis biokoagulan yang digunakan adalah 100-500 mg/L, sedangkan rentang dosis aluminium sulfat yang digunakan adalah 5-25 mg/L. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kondisi optimum untuk G.td koagulasi, G.td flokulasi, dosis biokoagulan, ukuran biokoagulan, dan waktu pengendapan di reaktor masing-masing sebesar 48.000, 28.000, 500 mg/L, 150 mesh, dan 2 jam. Hasil pengolahan air tanah mengunakan biokoagulan cangkang telur ayam diperoleh efisiensi penyisihan TDS, kekeruhan, nitrit, nitrat, besi, dan mangan masing-masing sebesar 66,14%; 97,23%; 100%; 100%; 0%; dan 100% dengan biaya total per liter sebesar Rp 230,7. Sementara hasil pengolahan air tanah menggunakan koagulan aluminium sulfat diperoleh efisiensi penyisihan TDS, kekeruhan, nitrit, nitrat, besi, dan mangan masing-masing sebesar 67,00%; 97,29%; 100%; 100%; 0%; dan 100% dengan biaya total per liter sebesar Rp 349,96. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan koagulan aluminium sulfat menghasilkan efisiensi penyisihan yang lebih tinggi dibandingkan biokoagulan cangkang telur ayam, namun dari segi ekonomi penggunaan biokoagulan cangkang telur ayam lebih ekonomis dibandingkan koagulan aluminium sulfat.Kata Kunci: Air Tanah, Biokoagulan Cangkang Telur Ayam, Koagulan Aluminium Sulfat, Total Dissolved Solid (TDS), dan KekeruhanPustaka: 65 (1982-2023)
G roundwater is the type of water that can be used by humans as a basic need. Groundwater in the RW 01 MCK Facility, Kota Bambu Selatan Village, West Jakarta has a TDS level of 350 mg/L and a turbidity of 70 NTU, which does not meet the drinking water quality requirements based on the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 2 of 2023 concerning Environmental Health. Coagulation and flocculation methods are methods that can set aside TDS and turbidity parameters by adding coagulants. The purpose of this research was to compare the results of groundwater treatment using biocoagulants and chemical coagulants based on drinking water quality requirements. This research uses biocoagulants because they are biodegradable, economical, and environmentally friendly when compared to chemical coagulants. The biocoagulant used in this research was in the form of chicken egg shells containing calcium carbonate (CaCO3) which can remove TDS, turbidity, nitrite, nitrate, iron, and manganese parameters. In this research, variations were used in biocoagulant sizes of 50, 100, and 150 mesh; G.td coagulation 17,000, 34,000, 48,000, and 96,000; G.td flocculation 28,000 and 77,000; and settling time of 1, 1.5, and 2 hours in the reactor. The doses range of the biocoagulants used were 100-500 mg/L, while the doses range of aluminum sulfate used were 5-25 mg/L. The results showed that the optimum conditions for coagulation G.td, flocculation G.td, biocoagulant dose, biocoagulant size, and settling time in the reactor were 48,000, 28,000, 500 mg/L, 150 mesh, and 2 hours, respectively. The results of groundwater treatment using chicken egg shell biocoagulants obtained removal efficiencies of TDS, turbidity, nitrite, nitrate, iron, and manganese respectively of 66.14%; 97.23%; 100%; 100%; 0%; and 100% with a total cost per liter of IDR 230.7. While the results of groundwater treatment using aluminum sulfate coagulant obtained TDS, turbidity, nitrite, nitrate, iron, and manganese removal efficiency of 67.00% each; 97.29%; 100%; 100%; 0%; and 100% with a total cost per liter of IDR 349.96. From the research results it can be concluded that the use of aluminum sulfate coagulant produces a higher removal efficiency than chicken eggshell biocoagulant, but from an economic point of view the use of chicken eggshell biocoagulant is more economical than aluminum sulfate coagulant.Keywords: Groundwater, Chicken Egg Shell Biocoagulant, Aluminium Sulfate Coagulant, Total Dissolved Solid (TDS), Turbidity.References: 65 (1982-2023)