Pengaruh tinggi muka air tanah terhadap kestabilan lereng menggunakan metode geolistrik konfigurasi schlumberger di bukit batugamping Kaliwadas, Jawa Tengah
L ongsor yang terjadi di Bukit Batugamping Kedungwaru, Kebumen, Jawa Tengah,mengakibatkan rusaknya jalan, terputusnya jembatan yang menghubungkan daerahatas dan bawah bukit, serta terganggunya sistem irigasi warga setempat. Saat hujanturun, air hujan mengalir dari atas ke bawah bukit melalui drainase. Air hujan daridrainase dialirkan ke arah rekahan dan bermuara ke sungai. Air hujan tersebut akanmeresap kedalam tanah dan menjadi air tanah. Keberadaan air pada tanah akanmengisi ruang antar butiran-butiran tanah dan akan menyebabkan tanah tersebutmenjadi jenuh. Jika tanah sudah jenuh, tekanan pori pada tanah tersebut akanmeningkat dan akan mengurangi gaya penahan serta berakibat pada penurunan nilaifaktor keamanan lereng. Hal ini yang dikhawatirkan akan mengakibatkan longsorsusulan. Keberadaan air tanah dapat diketahui dengan menggunakan metodegeolistrik resistivitas. Geolistrik resistivitas memanfaatkan sifat kelistrikan materialdibawah permukaan tanah. Konfigurasi yang digunakan ialah konfigurasiSchlumberger dengan metode pengambilan data 1D (Vertical Electrical Sounding).Pengukuran dilakukan pada 4 titik pengukuran dengan panjang setiap bentanganelektroda arus bervariasi antara 50 – 89 meter. Hasil yang akan diperoleh daripengukuran geolistrik adalah keberadaan aquifer. Tinggi muka air tanah dapatdiketahui dari lapisan aquifer bebas. Keberadaan air tanah akan menurunkan nilaifaktor keamanan. Faktor keamanan lereng dihitung menggunakan metode Janbuyang disederhanakan. Perhitungan faktor keamanan lereng dihitung menggunakansoftware Slide 6.0. Hasil yang diperoleh dari perhitungan faktor keamanan lerengberupa faktor keamanan deterministik dan probabilistik. Nilai faktor keamananyang diperoleh dari penampang geolistrik menunjukkan angka diatas 1, pada kondsiini keberadaan air tanah belum menyebabkan terjadinya longsor.
T he landslide that occurred at Kedungwaru Limestone Hill, Kebumen, CentralJava, resulted in damage to the road, dissolution the connection of the bridge areaabove and below hill, and disruption irrigation system of local resident. When itrains, rainwater flows from top to bottom of the hill through drainage. Rainwaterfrom drainage is channeled towards the fracture and empties into the river. Therainwater will seep into the ground and become groundwater. The presence ofwater in the soil will fill the space between the granules of the soil and will causethe soil to become saturated. If the soil is saturated, the pore pressure on the soilwill increase and will reduce the retaining force and result in a decrease in theslope safety factor. This is feared to result in aftershocks. The presence ofgroundwater can be determined using the resistivity geoelectric method. Resistivitygeoelectric utilizes the electrical properties of materials below the ground surface.The configuration used is Schlumberger configuration with 1D (Vertical ElectricalSounding) data retrieval method. Measurements were made at 4 measurementpoints with each stretch of electrode current varying between 50 - 89 meters. Theresults that will be obtained from geoelectric measurements are the presence of anaquifer. The groundwater level can be known from the free aquifer layer. Thepresence of ground water will reduce the value of security factors. Slope safetyfactor is calculated using the simplified Janbu method. Calculation of slope safetyfactors is calculated using Slide 6.0 software. The results obtained from thecalculation of slope safety factors are deterministic and probabilistic securityfactors. The value of the safety factor obtained from the cross section of thegeoelectric path shows a number above 1, in this condition the presence of groundwater has not caused landslides.