Dampak gas rumah kaca terhadap penyakit tuberkulosis di indonesia 2015 – 2022
P ENDAHULUANTuberkulosis (TB) dan gas rumah kaca (GRK) merupakan masalah kesehatan yang sama gentingnya di Indonesia. Gas rumah kaca dapat menyebabkan kejadian kesakitan dan kematian akibat TB dengan mengganggu sistem imun tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan dan seberapa kuat dampak GRK terhadap penyakit TB di Indonesia.METODEPenelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah seluruh data kasus TB tahun 2015 – 2022 di Indonesia yang berjumlah 3.838.169 kasus. Data kemudian diolah menggunakan interval waktu triwulan dari tahun 2015 - 2022. Data kasus TB diperoleh dari data Register TB 03 tahun 2015 – 2022 yang berasal dari laporan Direktorat P2PM Kemenkes RI, sedangkan data GRK diperoleh dari data EDGARv8.0 yang diunduh melalui website EDGAR. Analisis data dilakukan menggunakan program SPSS dengan uji statistik regresi linier sederhana.HASILGas karbon dioksida berhubungan sangat kuat dengan penyakit tuberkulosis (p= 0,000 dan r= 0,822), gas metana memiliki hubungan dengan penyakit tuberkulosis dengan tingkat kekuatan sedang (p= 0,001 dan r= 0,577), gas dinitrogen oksida berhubungan kuat dengan penyakit tuberkulosis (p= 0,000 dan r= 0,693).KESIMPULANDidapatkan hubungan antara GRK dengan penyakit TB dengan tingkat kekuatan antarvariabel sangat kuat untuk gas karbon dioksida, sedang untuk gas metana, dan kuat untuk gas dinitrogen oksida. Kegiatan manusia yang berpotensi menghasilkan GRK harus diminimalkan sebagai upaya untuk mengurangi kasus TB.
I NTRODUCTIONTuberculosis (TB) and greenhouse gases (GHGs) are equally critical health problems in Indonesia. Greenhouse gases can cause morbidity and mortality from TB by disrupting the body\'s immune system. The purpose of this study is to analyze the relationship and how strong the impact of GHGs is on TB disease in Indonesia.METHODSThis study used an analytic observational design with a cross-sectional approach. The sample of this study was all data on TB cases from 2015 to 2022 in Indonesia, which amounted to 3,838,169 cases. The data was then processed using quarterly time intervals from 2015 - 2022. TB case data was obtained from the TB Register 03 data from 2015 - 2022 which came from the report of the Directorate of P2PM Kemenkes RI, while GHG data was obtained from EDGARv8.0 data downloaded through the EDGAR website. Data analysis was conducted using the SPSS program with a simple linear regression statistical test.RESULTSCarbon dioxide gas was strongly associated with tuberculosis disease (p = 0.000 and r = 0.822), methane gas had a moderate association with tuberculosis disease (p = 0.001 and r = 0.577), nitrous oxide gas was strongly associated with tuberculosis disease (p = 0.000 and r = 0.693).CONCLUSIONSAn association was found between GHGs and TB disease with a strong inter-variable strength level for carbon dioxide gas, moderate for methane gas, and strong for nitrous oxide gas. Human activities that potentially produce GHGs should be minimized in an effort to reduce TB cases.