Dampak lingkungan, sosial ekonomi dan kesehatan dari aktivitas penambangan emas tradisional di Tasikmalaya
K Kegiatan pertambangan emas skala kecil menggunakan merkuri (Hg) sebagai media untuk mengikat emas, yaitu untuk mengol ah bijihnya dengan proses amalgamasi. Karena sifat merkuri yang berbahaya serta perlunya penanganan dan pengelolaan bahan galian yang ramah lingkungan, maka kegiatan pendataan sebaran merkuri ini perlu dilakukan. Cekungan yang terbentuk dari aktivitas penambangan rakyat ini menimbulkan kolam kolam genangan yang sangat potensial menjadi tempat yang baik untuk berkembang biaknya nyamuk Anopheles, penyebar penyakit malaria, sehingga menimbulkan masalah baru bagi masyarakat sekitar lokasi penambangan. Kasus penyakit malaria yang terjadi di wilayah ini lebih tinggi dari wilayah lainnya. Pada tahun 1998 Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya pernah mengalami outbreak malaria hingga mencapai 800 kasus sehingga Puskesmas setempat menetapkan Cineam menjadi High Case Incidence (HCI). Keadaan sosial ekonomi masyarakat Cineam dan Karangjaya pada awalnya adalah petani tetapi kemudian banyak yang beralih menjadi penambang emas tradisional. Penelitian ini bertujuan mengetahui perubahan fisik dan kimia tanah dan air akibat limbah merkuri yang terdistribusi ke lingkungan, mengetahui perubahan sosial ekonomi sebagai dampak aktivitas penambangan tradisional, melakukan analisis faktor yang berpotensi mendukung penyebaran penyakit malaria dan memverifikasi status endemisitas malaria. Rancangan penelitian yang digunakan adalah ecologic study dengan basis data kualitas lingkungan, sosial ekonorni dan data kesehatan dari masyarakat yang secara klinis dinyatakan menderita malaria. Data dikumpulkan adalah conto geokimia yang terdiri dari conto sedimen sungai aktif, tanah, tailing, air sungai dan batuan. Data kesehatan diambil secara random dari desa-desa yang merniliki kasus malaria. Indikator populasitnyamuk Anopheles yang digunakan adalah man landing rate (MLR)