P T. Alvabetha Presisindo yang berdiri sejak tahun 2015 bergerak dalam bidang manufaktur sebagai kontraktor utama industri komponen otomotif, khususnya penyedia peralatan penunjang produksi berupa Jigs, C/Fixture. Permasalahan yang terjadi pada PT. Alvabetha Presisindo adalah terjadinya cross traffic pada perpindahan antar departemen yang disebabkan peletakan departemen yang tidak ideal. Dengan terjadinya cross traffic sebanyak 35 titik yang menyebabkan biaya material handling menjadi tinggi dan perpindahan antar departemen tidak optimal. Perbaikan tata letak perlu dilakukan dengan tujuan mengurangi cross traffic yang terjadi pada lantai produksi. Penelitian memperbaiki tata letak lantai produksi dengan total 14 departemen, termasuk perbaikan Gudang bahan baku, Gudang bahan pembantu, dan penambahan area yaitu assembly storage area. Area assembly storage area merupakan departemen penghubung antara proses permesinan dengan proses perakitan. Part yang sudah melalui proses permesinan untuk proses milling ataupun CNC machine akan ditempatkan pada assembly storage area yang kemudian dipindahkan ke departemen welding area untuk dilakukan proses perakitan. Penambahan departemen tersebut diharapkan dapat mengurangi cross traffic yang terjadi dan meminimasi jarak. Perbaikan tata letak menggunakan metode graph based construction method (GBCM) dapat mengurangi cross traffic. Graph Based Construction Method dilakukan dengan cara mendekatkan jarak antar dua departemen yang memiliki hubungan kedekatan yang tinggi didalam From To Chart. From to chart memperhatikan besaran biaya material handling, yang ditentukan dari ongkos material handling per meter dikali jarak tempuh. Biaya material handling layout awal sebesar Rp 159.117. Tata letak usulan berdasarkan metode graph based construction method (GBCM) dioptimalkan menggunakan software Differential Evolution for Layout Planning (DFLP) yang melakukan pertukaran antar departemen dengan mempertimbangkan biaya material handling, Menyusun area fasilitas dengan menyesuaikan panjang dan lebar area yang dibutuhkan. Differential Evolution for Layout Planning (DFLP) akan melakukan pengurangan total jarak perpindahan material dan kebutuhan fasilitas dengan luas area yang berbeda. Dengan menggunakan metode tersebut diperoleh hasil sebanyak 3 alternatif layout. Layout pertama berdasarkan rancangan graph based construction, layout kedua dan hasil perhitungan differential evolution berdasarkan layout awal dan layout ketiga differential evolution berdasarkan hasil graph based construction. Tiga alternatif layout di evaluasi menggunakan Material Handling Evaluation sheet (MHES). Hasil MHES dibandingkan dengan alternatif lainnya. Perhitungan material handling evaluation sheet (MHES) layout alternatif pertama dengan graph based construction menghasilkan biaya sebesar Rp 65,715. Layout alternatif kedua berdasarkan hasil rancangan GBCM diperbaiki dengan differential evolution diperoleh biaya sebesar Rp 48,723 dan Layout alternatif ketiga dari layout awal diperbaiki dengan differential evolution diperoleh biaya sebesar Rp 52,623 Layout differential evolution berdasarkan metode graph based construction adalah alternatif layout terpilih berdasarkan hasil biaya perpindahan terendah dan Layout usulan yang terpilih telah mengurangi crosss traffic menjadi 12 titik