Perbandingan kualitas udara ambien pada jalan datar (Jatiwaringin) Jakarta Timur dan jalan bertanjakan (H. Hanan) Jakarta Selatan dengan parameter Karbon Monosida dan Hidrokarbon
K endaraan bermotor merupakan sumber utama tingginya pencemaran udara. Jumlah kendaraan yang terus meningkat tidak diimbangi dengan penambahan fasilitas jalan sehingga mengakibatkan kemacetan dan kualitas udara yang semakin memburuk. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas uclara di jalan clatar clan jalan bertanjakan. Pemilihan JI H. Banan (mewakili jalan bertanjakan) clan JI Jatiwaringin (mewakili jalan clatar) karena tingkat kepaclatan lalu lintasnya yang tinggi pada jam-jam sibuk. Maksud dan tujuannya adalah membandingkan konsentrasi uclara JI H. Banan dan JI Jatiwaringin serta untuk mengetahui apakah konsentrasi pencemar yang dihasilkan pada jalan bertanjakan lebih besar dibandingkan dengan jalan datar.Pengukuran Hidrokarbon dan Karbon Monoksicla dilakukan di tiga titik pacla masing•masing lokasi. Titik sampling di Jl H. Banan ditentukan di awal, tengah clan akhir jalan yang bertanjakan karena dianggap mewakili keadaan untuk menghasilkan gas buang tinggi. Tiap titik dilakukan pengukuran dua kali yaitu pagi dan siang selama 2 hari. Pola penentuan titik sampling di JI jatiwaringin mengikuti pola titik sampling di JI H. Banan dengan mengambil 3 titik lokasi yang rawan kemacetan sepanjang 250 m. Kemiringan masing-masing untuk Jalan Jatiwaringin clan H. Banan adalah 0% dan 12 %.Hidrokarbon dan karbon monoksida merupakan zat pencemar primer. Polusitransportasi terdiri dari 15% hidrokarbon dan 60% karbon monoksida, Pemaparan hidrokarbon aromatik pada konsentrasi 20000 ppm dapat menyebabkan kematian, Keberadaan hidrokarbon di udara dapat membentuk kabut foto kimia. Karbon monoksida dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Dengan adanya karbon monoksida, hemoglobin dapat membentuk karboksihemoglobin (COHb) sehingga kemampuan darah untuk mentranspor oks.igen menurun.Hasil pengukuran konsentrasi karbon monoksida JI Jatiwaringin menunjukkan masih dibawah baku mutu dengan konsentrasi 514,29 µg/m3 (177,7 µg/m3 - 723, 1 µg/m3) dengan baku mutu sebesar 30000 µg/m3• Sementara itu konsentrasi karboo moooksida di JI H. Hanan juga menunjukkan di bawah baku mutu dengan konsentrasi 405,89 µg/m3 (259,72µg/m3 - 728,3 ug/rn').Hasil pengukuran konsentrasi hidrokarbon aromatik di JI Jatiwaringin adalah0, 70 µg/m3 (0,42 µg/m3 - 0,86 µglm\ Sementara itu konsentrasi hidrokarbon aromatik diJI H. Hanan adalah 11,87 µg/m3 (5,52 µg/m3 - 57, 19 ug/m').Berdasarkan data-data hasil pengukuran di kedua jalan tersebut, dapat disimpulkanbahwa konsentrasi karbon monoksida di jalan bertanjakan (Jl H. Banan) cenderung lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi di jalan datar (JI. Jatiwaringin). Untuk konsentrasi hidrokarbon di jalan bertanjakan (JI H. Banan) lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi di jalan datar (JI. Jatiwaringin).
T he main source of air pollution is the motor vehicle. The increasing amount of-motor vehicles can cause traffic jam and bad air quality. This research is being conducted to determine air quality at an inclined road (H. Banan Street) and at a flat road (JatiwaringinStreet) because they have a high traffic density dwing rush hours. The purpose in doing theresearch is to determine whether emission gas concentration at an inclined road will bedifferent than a flat road.Hydrocarbon and carbon monoxide measurements in H. Banan Street conducted in 3 different points (the beginning, middle and the end of the street). Every point was being measured twice a day (morning and noon) for two days. Measurements in Jatiwaringin Street were conducted also in 3 high density traffic points as far as 250 m. The road slope in Jatiwaringin Street and H. Banan Street are 0% clan 12 %.Hydrocarbon dan carbon monoxide are primary pollutant. Motor vehicles emission caused 15% hydrocarbon and 60% carbon monoxide. A high concentration of aromatic hydrocarbon (20000 ppm) can cause death. Hydrocarbon in the air could form a foto chemical fog. A high concentration of carbon monoxide can cause health disturbance and even death. Because carbon monoxide in human body helped the haemoglobin to form carboxihaemoglobin (COHb) and cause blood ability to do oxygen transfer to decrease.Concentration measurements result of carbon monoxide at Jatiwaringin Street isstill below threshold standards, which is 514,29 ug/m' (177,7 ug/m' - 723,l µglm3) with the standard of 30000 ug/m'. And carbon monoxide concentration at H. Hanan Street is still below threshold standard also, which is 405,89 ug/m' (259,72 ug/m' - 728,3 ug/m').Concentration measurements results of aromatic hydrocarbon at JatiwaringinStreet was 0,70 ug/m' (0,42 µg/m3 - 0,86 ug/m'), and at H. Banan Street was 11,87 µg/m3(5,52 µg/m3 - 57, 19 ug/m'),From the result s gotten from both measurements, it can be conclude that the carbon monoxide concentration at an incline road (H. Banan Street) is lower than the one at a flat road (Jatiwaringin Street). For hydrocarbon, the concentration at an inclined road (H. Banan Street) is higher than the one at a flat road (Jatiwaringin Street).