Analisis pendanaan dan risiko proyek instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di Perusahaan Industri
L Limbah hasil industri merupakan masalah serius di era industrialisasi, karena mengancam kelangsungan hidup dan dapat berakibat fatal. Saat ini masih banyak perusahaan industri yang belum memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan beberapa diantaranya memiliki IPAL namun tidak berfungsi dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui skema pendanaan dan risiko optimum untuk proyek IPAL dari sudut pandang pemilik proyek. Metode penelitian ini menggunakan Net Present Value (NPV) untuk menghitung nilai investasi dan Probability Impact Matrik untuk analisis risiko. Hasil penelitian diperoleh bahwa untuk proyek IPAL dengan kapasitas 275 m3/hari diperoleh investasi minimum dengan skema pendanaan sendiri (equity found) sebesar Rp 7.053.374.165. Nilai investasi ini lebih rendah dari skema pembiayaan utang sebesar Rp 11.720.849.041, Built Operate Transfer (BOT) tarif bawah sebesar Rp 15.815.767.950 dan BOT tarif atas sebesar Rp 17.413.098.987. Sedangkan hasil dari data kuesioner diperoleh jumlah nilai risiko negatif minimum dengan menggunakan skema pendanaan BOT sebesar 96. Risiko ini lebih kecil dibandingkan dengan risiko pendanaan hutang sebesar 99 dan risiko pendanaan modal sendiri sebesar 116. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa skema pendanaan dan risiko optimal dipengaruhi oleh situasi cash flow dan profil risiko setiap pemilik usaha dalam memilih skema pendanaan yang akan digunakan.
I Industrial waste is a serious problem in the industrialization era, because it is survival and can have fatal consequences. Currently there are still many industrial companies that do not have a Waste Water Treatment Plant (WWTP) and some of them have a WWTP but it is not functioning properly. The purpose of this study was to determine the scheme and risk plans for the WWTP project from the perspective of the project owner. This research method uses the Net Present Value (NPV) to calculate the investment value and the probability impact matrix for risk analysis. The results showed that for the WWTP project with a capacity of 275 m3/day, the minimum investment scheme equity found was IDR 7,053,374,165. This investment value is lower than the debt financing scheme of IDR 11,720,849,041, Built Operate Transfer (BOT) bottom rate of IDR 15,815,767,950 and BOT top rate of IDR 17,413,098,987. The result of the questionnaire is that the amount of the negative risk value is taken using the BOT scheme is 96. This risk is smaller than debt financing is 99 and equity found risk is 116. The result of this study concluded that the optimal funding scheme and risk are influenced by the cash flow situation and the risk profile of each business owner in choosing the funding scheme to be used.