Perancangan pusat budaya dan industri kreatif Bojonegoro dengan pendekatan placemaking edukatif
B ojonegoro dilintasi oleh Sungai Bengawan Solo yang dikenal sebagai sungai terpanjang di pulau Jawa, dimana banyak ditemukan fosil maupun peninggalan arkeologi lainnya di sepanjang alirannya. Namun, hingga kini Bojonegoro belum memiliki wadah yang layak, sehingga diperlukan sebuah bangunan yang dapat menampung temuan tersebut dengan baik. Selain itu, Bojonegoro juga tidak memiliki gedung pertunjukan seni dan budaya yang representatif. Oleh karena itu, Bupati Bojonegoro, Suyoto, dalam koran Ropublika (2014). menyampaikan gagasan untuk membangun Gedung Budaya dan Industri Kreatif yang dapat digunakan sebagai ruang belajar masyarakat dan kegiatan seni untuk industri kreatif. Mengingat industri kreatif berpotensi menjadi salah satu penggerak perekonomian Indonesia, juga di Bojonegoro, sektor industri kreatif khususnya UMKM terus berkembang pesat. Maka berdasarkan TOR Desain Pusat Budaya dan Industri Kreatif (Dokumen Sayembara Kabupaten Bojonegoro 640/370/P.25/ULP-PJ-IV/XI/2014), diambil lokasi serta luas lahan 10 Hektar, kemudian pada Perancangan ini akan mengambil sebagian zona dengan luas lahan kurang lebih 2,3 Hektar, dengan mengadakan fungsi Museum dan Gedung pertunjukan. Pendekatan Placemaking Edukatif diterapkan, menjawab kebutuhan perancangan sebagai wadah komunitas yang perlu memaksimalkan pengalaman ruang interaktif dan area berkumpul, merevitalisasi komunitas lokal, serta memperhatikan konteks lokasi yang mencerminkan Sense of Place.
B ojonegoro is crossed by the Bengawan Solo River which is known as the longest river on the island of Java, where many fossils and other archaeological remains are found along its course. However, until now Bojonegoro does not yet have a proper container, so a building is needed that can accommodate these findings properly. In addition, Bojonegoro also does not have a representative art and cultural performance building. Therefore, the Regent of Bojonegoro, Suyoto, in the newspaper Ropublika (2014). convey the idea of building a Cultural and Creative Industry Building that can be used as a community learning space and art activities for the creative industry. Considering that the creative industry has the potential to become one of the drivers of the Indonesian economy, also in Bojonegoro, the creative industry sector, especially MSMEs, continues to grow rapidly. So based on the TOR for the Design of the Center for Culture and Creative Industries (Document Contest of Bojonegoro Regency 640/370/P.25/ULP-PJ-IV/XI/2014), the location and land area of 10 hectares are taken, then in this design will take part of the zone with The land area is approximately 2.3 hectares, with the function of a museum and performance hall. The Educational Placemaking approach is applied, answering the design needs as a community forum that needs to maximize the experience of interactive spaces and gathering areas, revitalize the