P revalensi diabetes melitus diperkirakan mencapai 366 juta pada 2030, dengan Indonesia menempati peringkat keempat. Prevalensi DM naik menjadi 8,5% menurut data Riskesdas 2018. Pemeriksaan HbA1c digunakan untuk memantau DM, dengan penurunan HbA1c mengurangi risiko komplikasi. Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara kadar HbA1c yang tidak terkontrol dan peningkatan serum transaminase, tetapi penelitian lain menyatakan bahwa penurunan fungsi hati tidak selalu berkaitan dengan kadar HbA1c. Tujuan penelitian ini untuk menentukan hubungan kadar HbA1c dengan fungsi hati pada pasien DM.METODEPenelitian ini merupakan penelitian observasional analitik yang dilakukan dengan pendekatan potong lintang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober- November 2023 dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 93 subjek. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive non random sampling. Karakteristik subjek, kadar HbA1c, dan fungsi hati diperoleh dari data rekam medis. Untuk menentukan hubungan kadar HbA1c dengan fungsi hati pada pasien DM dianalisis menggunakan uji Chi-Square dengan batas kemaknaan p < 0.05.HASILSebagian besar subjek merupakan pasien dengan HbA1c dengan kontrol buruk 80( 86%) orang, lansia 49 (52.7%) orang, berjenis kelamin laki laki 48 (51.6%) orang, tidak bekerja 58(62.4%) orang, dan tidak menikah 69 (74.2%) orang. Ada hubungan bermakna kadar HbA1c dengan kadar SGOT (p=0.040) dan tidak ada hubungan antara HbA1c dengan kadar SGPT (p=0.633).KESIMPULANTerdapat hubungan yang bermakna antara kadar HbA1c dengan kadar SGOT, tetapi tidak ditemukannya hubungan yang bermakna antara kadar HbA1c dengan kadar SGPT.