Pengaruh lokasi pada keterjangkauan Rusunawa bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Jakarta
J Jakarta memiliki 41 rusunawa yang tersebar di berbagai lokasi dengan sistem sewa yang relatif murah. Hal ini sebagai upaya pemerintah daerah agar Masyarakat Berpendapatan Rendah (MBR) dapat menghuni tempat tinggal yang layak dan terjangkau. Di lapangan dijumpai masalah tunggakan biaya sewa, artinya keterjangkauan MBR rendah. Lebih dari setengah jumlah penghuni rusunawa milik Pemerintah Provinsi Jakarta telah menunggak biaya sewa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh lokasi rusunawa pada keterjangkauan MBR di Jakarta. Desain penelitian menggunakan metode survey angket. Responden berasal dari 22 rusunawa yang menunggak. Teknik analisis untuk menguji pengaruh lokasi rusunawa pada keterjangkauan adalah regresi linier sederhana. Diperoleh hasil bahwa keterjangkauan dipengaruhi oleh lokasi rusunawa yang meliputi: jarak rata-rata rusunawa ke berbagai fasilitas, jarak rusunawa ke tempat kerja, jarak rusunawa ke fasilitas pendidikan level SMA/SMK, dan jarak rusunawa ke fasilitas kesehatan. Makin jauh jarak rusunawa, memperbesar pengeluaran transportasi, sehingga makin rendah tingkat keterjangkauan MBR. Besarnya pengeluaran transportasi berasal dari penggunaan kendaraan pribadi seperti sepeda motor. Penggunaan angkutan umum memerlukan pergantian moda serta jalur untuk berjalan kaki. Sementara pengembangan integrasi sistem transportasi umum masih belum dilakukan secara masif. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam perencanaan rusunawa agar terjangkau oleh MBR perlu memperluas jangkauan transportasi umum yang terintegrasi dengan lokasi rusunawa atau memilih lokasi rusunawa yang mudah menjangkau berbagai fasilitas, terutama tempat bekerja, sekolah, serta fasilitas kesehatan.
J Jakarta has 41 subsidized housing complexes (rusunawa) spread across various locations with relatively low rental rates. This is an effort by the local government to enable Low-Income Communities (MBR) to live in decent and affordable housing. However, there are issues with rent arrears in practice, indicating low affordability for MBR. More than half of the residents in government-owned rusunawa in Jakarta are in arrears with their rent payments. This study aims to identify the impact of rusunawa location on MBR affordability in Jakarta. The research design employs a survey questionnaire method. Respondents are from 22 rusunawa with rent arrears. The analysis technique used to test the impact of rusunawa location on affordability is simple linear regression. The results show that affordability is influenced by the rusunawa location, including the average distance from rusunawa to various facilities, the distance from rusunawa to workplaces, the distance from rusunawa to senior high/vocational school facilities, and the distance from rusunawa to health facilities. Greater distances to these locations increase transportation costs, thus reducing MBR affordability. High transportation costs stem from the use of private vehicles such as motorcycles. Public transportation requires mode transfers and walking routes. Meanwhile, the development of integrated public transportation systems has not yet been implemented extensively. Based on this, planning for rusunawa to be affordable for MBR should include expanding the coverage of integrated public transportation or selecting locations that are easily accessible to various facilities, particularly workplaces, schools, and health facilities.