Hubungan kehilangan gigi pada lansia dengan status kognitif kajian pada pos pembinaan terpadu lansia di Puskesmas Kecamatan Pangkalan Baru Kabupaten Bangka Tengah
L atar Belakang: Peningkatan populasi lanjut usia setiap tahunnya tidak terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya pada bidang kesehatan. Kehilangan gigi sangat umum dijumpai pada lansia, kehilangan gigi dapat berdampak dalam kesehatan umum lansia dalam segi fungsional, estetika, maupun sosial. Pada lansia, diharapkan memiliki sedikitnya 20 gigi untuk fungsi mastikasi yang optimal. Kehilangan gigi juga dapat meningkatkan risiko penurunan status kognitif. Hal ini disebabkan karena fungsi mastikasi yang terganggu. Saat terjadi kehilangan gigi, saraf motorik akan melakukan remapping, rewiring dan rebuilding untuk mendapatkan koneksi optimal, namun jika hal ini terjadi terus menerus maka akan mengakibatkan koneksi yang tidak ideal dan membuat kehilangan efektifitasnya dan menyebabkan produksi Amyloid-Beta sehingga menghasilkan disfungsi sinaptik dan memperberat neuroplastisitas otak. Provinsi Bangka Belitung merupakan wilayah dengan tingkat kerusakan gigi penduduk yang tinggi. Tujuan: Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kehilangan gigi pada lansia dengan status kognitif. Metode: Penelitian dilakukan secara observasional analitik dengan rancangan cross-sectional, adapun jumlah responden penelitian adalah 55 orang. Responden diwawancara secara langsung menggunakan kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) untuk menilai kemampuan kognitif dari responden. Hasil: Hasil pelitian menunjukkan bahwa semakin tua umur lansia, gigi yang hilang semakin banyak. Lansia yang memiliki jumlah sisa gigi <20 buah (87,73%) mengalami gangguan kognitif ringan sampai sedang, sedangkan lansia yang memiliki jumlah sisa gigi ≤20 buah (12,27%) memiliki kognitif yang normal. Kesimpulan: Lansia dengan usia lebih dari 60 tahun yang memiliki jumlah gigi <20 buah dan tidak digantikan dengan gigi tiruan cenderung lebih rentan mengalami penurunan status kognitif.
B ackground: The increase in the elderly population every year is connected from advances in science and technology, especially in the medical sector. In elderly people tooth loss is a common problem, which have major impact for their health in terms of functional, aesthetic, and social. Elderly people is expected to have at least 20 teeth for optimal masticatory function. Tooth loss also can increase the risk of cognitive decline. This is due to impaired mastication. When a tooth loss occurs, the motor nerve will perform remapping, rewiring and rebuilding to obtain an optimal connection, but if this happens continuously it will result in a connection that is not ideal and makes it lose its effectiveness and causes production of Amyloid-Beta resulting in synaptic dysfunction and aggravating neuroplasticity of the brain. Bangka Belitung is a Province with a high population level of tooth decay. Purpose: To find out whether there is a relationship between tooth loss in elderly people and their cognitive status. Methods: This research was conducted in observational analytic with a cross-sectional design. Total respondents was 55 people. Respondents were interviewed directly using the Mini Mental State Examination (MMSE) questionnaire to assess the cognitive abilities of the respondents. Results: The results show that the older the elderly, the more teeth were missing. The elderly who had <20 remaining teeth (87,73%) experienced mild to moderate cognitive impairment, while the elderly who had ≤20 remaining teeth(12,27%) had normal cognitive functions. Conclusion: Elderly with the age of more than 60 years who have <20 remaining teeth and not replaced with dentures tend to be more susceptible to decreased cognitive status.