Perancangan bangunan galeri nasional Indonesia dengan pendekatan arsitektur kontekstual
G aleri Nasional Indonesia (GNI) merupakan salah satu lembaga kebudayaan berupa museum khusus dan pusat kegiatan seni rupa. Perkembangan zaman yang terus berkembang juga memicu masyarakat menyalurkan ide-ide kreatif dalah wujud karya seni, maka dari itu melahirkan seniman-seniman baru yang memiliki wawasan lebih luas dalam karya seni. Hal tersebut menuntut GNI untuk memuat koleksi barang dan kegiatan yang semakin tinggi, maka bangunan yang merupakan cagar budaya tersebut perlu pengembangan dalam fungsi perluasan lahan. Fungsi-fungsi baru yang dirancang pada kawasan Galeri Nasional tersebut bertujuan agar menjadi wadah bagi masyarakat bersosialisasi terutama dalam aktivitas pengolahan ide-ide kreatif. Kapasitas yang diperkirakan akan meningkat sesuai dengan fungsi-fungsi baru pada kawasan memicu masyarakat dari luar dan dalam negri agar dapat menikmatai Galeri Nasional Indonesia tersebut mendesak kebutuhan akan hunian yakni hotel dan wisma seniman. Arsitektur Kontekstual merupakan perancangan bangunan mengadaptasi aspek-aspek pada kawasan sekitarnya akan tetapi dapat menghasilkan bentuk yang berbeda pada suatu kawasan tanpa terlepas dari nilai sejarah yang terkandung. Konteks diterapkan pada fasad bangunan dengan mengadaptasi elemen visual bangunan sekitar. Kontekstual pada fasad diterapkan pada perancangan bangunan Galeri Nasional Indonesia dengan meneliti bentuk elemen visual bangunan sekitar serta bangunan pada tapak yang menjadi bangunan cagar budaya. Perancangan harus konteks dengan bangunan cagar budaya agar tidak menghilangkan nilai sejarah bangunan tersebut. Bangunan perancangan mengadaptasi aspek fisik bangunan sekitar kawasan dan mengkombinasikannya dengan bangunan cagar budaya Galeri Nasional Inconesia yang berlanggam arsitektur Kolonial belanda.Bangunan Cagar budaya yang menjadi bangunan koservasi yakni Galeri A dan Bangunan serba guna tidak dapat dirubah maka memicu bangunan baru konteks dengan bangunan tersebut agar bangunan baru tidak kehilangan identitasnya. Perancangan mengarah kepada kebudayaan nasional Indonesia, dengan mengangkat salah satu kebudayaan Indonesia yaitu wayang yang menjadi konsep latar belakang dari bangunan cagar budaya. Maka diharapkan hasil perancangan dapat memenuhi kapasitas baik benda-benda karya seni maupun pengunjung dari Galeri nasional tersebut, serta juga memenuhi kebutuhan dimasa mendatang yang melahirkan masyarakat yang lebih kreatif mengolah ide-ide dalam menciptakan inovasi baru.
T he national gallery indonesia is one of cultural institute museum of special and fine arts center . The era development which continues to grow also drew the communities to explore their creative ideas as a work of art, so that there will be new artists who have broad art insights. It demanded GNI to load of goods collections and activities that getting higher, then the cultural heritage building need development in the functioning of the expansion of land . New functions designed for the National Gallery was aimed to become communal space for the community sociable especially in an activity processing creative ideas. Capacity which was expected to increase in accordance with new functions to trigger the community from the outside and in public that can enjoy the national Gallery Indonesia urged the need for occupancy the hotel and wisma artist . Contextual architecture is the design of buildings to adapt aspects of the surrounding area but can produce different forms in an area regardless of the historical value contained. Context applied to the facade of the building by adapting the visual elements of the surrounding buildings. Contextual on the facade applied to the design of the National Gallery of Indonesia building by examining the form of visual elements of the surrounding buildings and buildings on the footprint of the building of cultural heritage. Design must be context with cultural heritage buildings in order not to eliminate the historical value of the building. Building design adapts the physical aspects of the buildings around the area and combine it with the cultural heritage buildings of the National Gallery of Inconesia that berlanggam Dutch colonial architecture. The cultural heritage buildings which become conservated are A Gallery and multifunctional building cannot be changed so it will trigger new building with context design so that the new building won’t lose it’s identity. The Design leads to national culture in indonesia , by raising one of indonesian culture which is Wayang which become the background concept of the cultural heritage buildings. So, the result expectation of the design can be filled the capacity such as arts stuff and visitors of the National Gallery, also can fill the needs in the future which bring the creative community to process the ideas and creating new innovation.