P T. XYZ adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur komponen dan produk jadi otomotif sepeda motor, didirikan pada tahun 1971 dengan kapasitas produksi sebesar lima juta unit per tahun untuk produk yang dihasilkannya. Salah satu produk yang dihasilkan adalah cylinder head tipe C33 yang berfungsi sebagai salah satu komponen penyusun sebuah mesin. Permasalahan yang dihadapi oleh PT. XYZ adalah gangguan pada sistem produksi yang mempengaruhi jalannya proses produksi dan performansi dalam pencapaian target yang tercantum dalam KPI perusahaan, serta penentuan persentase safety stock yang belum sesuai dengan batas kendali yang ditentukan oleh perusahaan dengan menimbang gangguan sistem produksi yang terjadi. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi gangguan sistem produksi yang terjadi dan merancang model pengendalian gangguan untuk memperoleh aksi pengendalian dan kebijakan safety stock sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Berdasarkan kebutuhan perusahaan yaitu untuk mengetahui apakah gangguan tersebut mempengaruhi KPI, maka model pengendalian gangguan berdasarkan penelitian sebelumnya yang terdiri dari tiga sub model yaitu sub model toleransi persediaan, sub model aksi pengendalian gangguan, dan sub model kebijakan lanjutan harus disesuaikan dengan kebutuhkan perusahaan. Model pengendalian gangguan yang dirancang terdiri dari empat sub model, yaitu sub model tingkat resiko gangguan, sub model status dilakukannya aksi, sub model rekomendasi aksi pengendalian gangguan, dan sub model penentuan safety stock. Klasifikasi gangguan yang terjadi menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan rekomendasi aksi pengendalian gangguan yang didahului oleh pembuatan pohon keputusan untuk mengetahui tingkat resiko dan status untuk dilakukannya aksi pengendalian. Sub model penentuan safety stock berfungsi untuk mengendalikan ketersediaan stok agar sesuai dengan batas kendali yang ditetapkan yaitu 60%-80% dengan memperhatikan gangguan yang terjadi. Adapun usulan sistem yang diberikan adalah untuk memudahkan perusahaan dalam pengambilan keputusan berdasarkan klasifikasi gangguan yang terjadi dalam penentuan rekomendasi aksi pengendalian yang akan dilakukan.