Diagnosis dan penatalaksanaan sindroma sjogren
S Sindroma Sjogren adalah suatu kelainan autoimun kronik yang ditandai oleh adanya xerostomia (mulut kering), xerophtalmia (mata kering), dan infiltrasi limfositik dari kelenjar eksokrin. Penyebab dari sindroma Sjogren ini tidak diketahui. Penyakit ini cenderung menyerang wanita yang berusia di atas 40 tahun dengan perbandingan wanita : pria kira-kira 9:1. Walaupun penyakit ini bukan merupakan penyakit keturunan, tetapi ada bukti pengaruh genetik. Sindroma Sjogren terbagi menjadi sindroma Sjogren primer dan sindroma Sjogren sekunder. Keterlibatan kelenjar eksokrin pada sindroma Sjogren tidak terbatas pada kelenjar saliva dan lakrimal saja, tetapi juga meliputi kelenjar dari sistem pemafasan, pencemaan, vagina, dan kulit. Selain kelenjar eksokrin, sekitar 60% pasien juga mempunyai manifestasi ekstrakelenjar yang meliputi hati, ginjal, atau sistem saraf. Gejala pada mulut yang utama adalah xerostomia yang disebabkan oleh penurunan sekresi saliva. Kekurangan saliva menyebabkan beberapa perubahan dalam mulut yang meliputi peningkatan karies dan infeksi mulut. Kurangnya pengertian akan penyebab dan spektrum yang luas dari manifestasi klinisnya dapat menyulitkan dalam menentukan diagnosis yang tepat. Oleh karena itu, selain pemeriksaan gejala klinis dalam mulut, perlu juga dilakukan berbagai tes seperti: biopsi kelenjar saliva, sialometry, salivary electrophoresis, sialography, scintigraphy, dan ultrasonography. Tidak ada pengobatan yang pasti dari sindroma Sjogren. Perawatan pasien hanya bersifat paliatif dan preventif. Tujuan utama dari perawatan komponen oral pada sindroma Sjogren adalah untuk mengatasi gejala-gejala kekeringan dan mengurangi komplikasi pada mulut. Sedangkan perbaikan dan pemeliharaan homeostatik normal lingkungan mulut merupakan tujuan kedua. Dilihat dari sudut mortalitas dan morbiditas, sindroma Sjogren memiliki prognosis yang cukup baik. Pasien dapat diyakinkan bahwa sindroma Sjogren itu sendiri tidak akan memperpendek hidup mereka.
S Sjogren’s syndrome is a chronic autoimmune disorder characterized by xerostomia (dry mouth), xerophthalmia (dry eyes), and lymphocytic infiltration of the exocrine glands. The cause of Sjogren’s syndrome is unknown. Although it is not a hereditary disease, but there is evidence of a genetic influence. Sjogren’s syndrome is divided into primary Sjogren’s syndrome and secondary Sjogren’s syndrom^. The exocrine gland involvement in Sjogren’s syndrome is not limited to the salivary and lacrimal glands, but may involve the glands of the respiratory and gastrointestinal systems, vagina, and the skin. In addition to the exocrine glands jnvolvement, up to 60% of patients may have extraglandular manifestations that may involve the liver, kidneys, or the nervous system. The principal oral symptom is xerostomia, which is caused by decreased salivary secretions. The lack of saliva causes several changes in the mouth accompanied by increased susceptibility to dental caries and oral infections. The lack of adequate understanding of the underlying cause of Sjogren’s syndrome and the broad spectrum of its clinical manifestations complicate a prompt diagnosis of the disease. Besides oral clinical examination, there are several laboratory procedures that can be done to help us make the correct diagnosis, such as salivary gland biopsy, sialometry, salivary electrophoresis, sialography, scintigraphy, and ultrasonography. There is no known cure for Sjogren’s syndrome. Patient management is primarily palliative and preventive. The main goals of treatment for the oral component of Sjogren’s syndrome are to relieve the signs and symptoms of oral dryness and reduce associated oral complications. Prognosis of Sjogren’s syndrome is good. Patients can be reassured that the Sjogren’s syndrome itself will not shorten their lifespan.