Perbaikan kualitas proses pengemasan dan proses pergudangan dengan konsep six sigma pada PT. Ism Bogasari Flour Mills
P PT. ISM Bogasari Flour Mills adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur pengolahan produk-produk yang berbahan dasar gandum. Salah satu produk utama yang dihasilkan adalah tepung terigu. Untuk dapat mencapai kepuasaan dan kepercayaan konsumen maka PT. ISM Bogasari Flour Mills harus selalu menjaga kualitas pergudangan, sehingga ketersediaan produk dipasar tetap terjamin dan kualitas produk pun tetap terjaga. Dalam beberapa proses atau aktivitas di pergudangan menyebabkan terjadinya cacat pada produk maupun kemasan produk tepung terigu. Berkaitan hal ini, maka dilakukan penelitian dengan tujuan menurunkan tingkat kecacatan dengan mengidentifikasi dan menganalisa penyebab cacat yang timbul dalam aktivitas pergudangan, memberikan usulan-usulan perbaikan kepada perusahaan untuk diimplementasikan dengan konsep Six Sigma. Dalam konsep Six Sigma terdiri dari tahapan Define-Measure-Analyze-Improve-Control. Pada tahap Define, diketahui proporsi cacat berdasarkan data historis dari persediaan produk di beberapa gudang yaitu gudang AB 1.21%, gudang CD 0.86%, gudang EF 0.85%, gudang JK 0.69% dan gudang 0.81%, maka yang dijadikan prioritas penanganan masalah yaitu di gudang AB. Pada tahap Measure dilakukan dengan pembuatan peta kendali P lalu dilakukan pengukuran DPMO sebesar 4612.399 dan tingkat sigma sebesar 4.11. Setelah itu tahap Analyze dilakukan pembuatan diagram sebab akibat untuk rnengetahui akar penyebab masalah dari jenis cacat paling dominan yaitu jahitan kemasan terlepas dan kemasan robek. Kemudian dari proses FMEA diperoleh hasil perhitungan RPN diketahui prioritas utama tindakan kegagalan terhadap cacat dominan. Dipilih nilai RPN yang memiliki rangking pertama sebagai target awal perusahaan dalam perbaikan kualitas proses pergudangan. Setelah proses Analyze maka dilanjutkan tahap Improve. Pada tahap ini diberikan usulan-usulan perbaikan yaitu pembuatan usulan instruksi kerja pada proses pengemasan, pembuatan usulan instruksi kerja kepada operator forklift, pembuatan usulan instruksi kerja pada proses pemuatan, peningkatan standarisasi kerapatan jahitan pada bagian atas kemasan dari ±9 mm menjadi ±7 mm per jahitan, dan penggunaan tas jumbo untuk penyusunan dan penyimpanan tepung terigu ukuran 25 kg/bag. Setelah usulan perbaikan diimplementasikan, dilanjutkan tahap Control. Pada tahap ini dilakukan pengukuran performansi pergudangan hasil implementasi. Didapatkan penurunan DPMO menjadi 3594.011 dan peningkatan tingkat sigma menjadi 4.19. Dapat disimpulkan bahwa proyek Six Sigma ini cukup berhasil sebagai target awal perusahaan dalam peningkatan kualitas proses pergudangan.
P PT. ISM Bogasari Flour Mills is a company engaged in manufacturing processing products made from wheat. One of the main products produced is flour. To be able to achieve customer satisfaction and trust, PT. ISM Bogasari Flour Mills must always maintain the quality of warehousing, so that product availability in the market is guaranteed and product quality is maintained. In some processes or activities in warehousing, there is a defect in the products and packaging of wheat flour products. In this regard, a study was conducted with the aim of reducing the level of disability by identifying and analyzing the causes of defects that arise in warehousing activities, providing suggestions for improvement to the company to be implemented with the Six Sigma concept. The Six Sigma concept consists of Define-Measure-Analyze-Improve-Control stages. In the Define stage, it is known that the proportion of defects based on historical data from product inventory in several warehouses, namely AB warehouse 1.21%, CD warehouse 0.86%, EF warehouse 0.85%, JK warehouse 0.69% and warehouse 0.81%, then the priority handling problem is in the warehouse AB. At the Measure stage, the P control chart is then made, the DPMO measurement is 4612,399 and the sigma level is 4.11. After that the Analyze stage is carried out making a cause-and-effect diagram to find out the root cause of the problem of the most dominant type of defect which is the loose package seams and torn packages. Then from the FMEA process the RPN calculation results are known to be the main priority of failure to dominant defects. The value of RPN which has the first rank was chosen as the initial target of the company in improving the quality of the warehousing process. After the Analyze process, the Improve stage is continued. At this stage improvement proposals are given, namely making work proposal proposals in the packaging process, making work proposal proposals to the forklift operator, making work instruction proposals in the loading process, increasing the standardization of stitch density at the top of the package from ± 9 mm to ± 7 mm per stitches, and the use of jumbo bags for the preparation and storage of flour 25 kg / bag. After the proposed improvements are implemented, the Control phase continues. At this stage, the warehousing performance implementation results are measured. Obtained a decrease in DPMO to 3594,011 and an increase in sigma level to 4.19. It can be concluded that the Six Sigma project is quite successful as the company\'s initial target in improving the quality of the warehousing process.