Pemilihan lokasi pengawasan prioritas menggunakan model cluster-based dan ahp topsis sebagai strategi pengendalian bbm bersubsidi
P Pemerintah menjamin masyarakat golongan tertentu mendapatkan haknya menikmati BBM subsidi dengan membatasi penggunaan BBM subsidi dengan adanya kuota BBM Subsidi setiap tahun yang diatur dalam Undang-undang no. 22 Tahun 2001 serta Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014. Pendistribusian Bahan Bakar Minyak bersubsidi selalu ada risiko potensi kerugian, seperti kemungkinan terjadi penyalahgunaan dan penyaluran kepada orang yang tidak berhak, yang merupakan salah satu alasan mengapa distribusi BBM bersubsidi tidak tepat sasaran. Pengawasan lapangan adalah salah satu dari strategi pemerintah dalam pengendalian BBM bersubsidi. Penelitian ini memanfaatkan data konsumsi BBM solar subsidi terhadap 514 kabupaten kota selama enam tahun sejak Januari 2018 hingga Desember 2023 dengan status sudah verified. Dengan tujuan melakukan clustering dengan membandingkan metode Clustering K-means, Partitioning Around Medoid (PAM) danClustering Large Applications (CLARA). Dari hasil Validasi cluster dengan menggunakan Silhouette Index, Dunn Index dan Connectivity Index, didapatkan cluster yang paling optimal adalah menggunakan metode K-means dengan 2 cluster yang terdiri dari daerah konsumsi BBM tinggi sebanyak 34 kabupaten kota dan konsumsi BBM rendah sebanyak 480 kabupaten kota. Dilakukan perankingan sepuluh peringkat yang paling tinggi pada cluster konsumsi BBM tinggi, tiga kabupaten dari Provinsi Jawa Barat yaitu kabupaten Bogor, kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi. Ketiga daerah itu disepakati juga oleh ketiga pakar sebagai alternatif dalam pemilihan lokasi pengawasan prioritas. Dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria hasil dari studi literatur dan pakar, pemilihan lokasi prioritas menggunakan perpaduan metode AHP-TOPSIS, dimana Analytic Hierarchy Process (AHP) dengan matriks perbandingan berpasangan dan analisis konsistensi digunakan untuk menentukan bobot kriteria berdasarkan pendapat pakar, yang kemudian dilanjutkan dengan Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) untuk menyelesaikan pemilihan lokasi prioritas secara praktis, sederhana dan mampu mengukur kinerja relatif. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi penyaluran merupakan hal penting dalam pemilihan lokasi pengawasan prioritas dan Kabupaten Bogor merupakan prioritas pertama untuk dilakukan pengawasan lapangan dengan hasil 75,39%
T The government guarantees certain groups of people who are entitled to enjoy subsidised fuel by limiting the use of subsidised fuel with a quota of subsidised fuel each year regulated in Law No. 22 of 2001 and Presidential Regulation No. 191 of 2014. The distribution of subsidised fuel oil is always at risk of potential losses, such as the possibility of misuse and distribution to people who are not entitled, which is one of the causes of subsidised fuel distribution not on target. Supervision in the field is one of the government\\\'s strategies in controlling subsidised fuel. This study uses data on subsidised diesel consumption in 514 city districts for six years from January 2018 to December 2023 with verified status. With the aim of clustering by comparing K-means Clustering, Partitioning Around Medoid (PAM) and Clustering Large Applications (CLARA) methods. From the results of cluster validation using Silhouette Index, Dunn Index and Connectivity Index, the most optimal cluster was obtained using the K-means method with 2 clusters consisting of high fuel consumption areas of 34 city districts and low fuel consumption of 480 city districts. The ten highest rankings in the high fuel consumption cluster are three districts from West Java Province, namely Bogor Regency, Karawang Regency, and Bekasi Regency. These three regions were also agreed by the three experts as alternatives in the selection of priority monitoring locations. By considering the criteria generated from the literature study and expert study, the selection of priority locations uses a combination of the AHP-TOPSIS method, where the Analytic Hierarchy Process (AHP) with a pairwise comparison matrix and consistency analysis is used to determine the weight of the criteria, which is then continued with Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) to complete the selection of priority locations in a practical, simple and efficient way. Based on the research results, the distribution condition is important in the selection of priority supervision locations and Bogor District is the first priority for field supervision in 75,39%..