Revitalisasi kawasan Kota Lama Bandung, Jawa Barat dengan pendekatan placemaking
K ota Bandung merupakan ibukota Provinsi Jawa Barat yang tidak bisa dilepaskan dari jejak sejarahnya.Mulai dari sejarah perdagangannya,kerusuhan Munada,hingga peristiwa Bandung Lautan Api.Didasari dengan banyaknya sejarah yang tercipta di Kota Bandung ini membuat Bandung memiliki Kota Lama yang berletak diantara Kecamatan Sumur Bandung dan Kecamatan Andir.Kawasan Kota Lama ini merupakan kawasan perdagangan sejak masa penjajahan Belanda,namun kondisi kawasan ini kurang terjaga dan terawat sehingga perlu diadakannya revitalisasi.Revitalisasi Kota Lama Bandung merupakan salah satu upaya untuk membangkitkan ingatan dan sebagai jejak sejarah dan mengaktifkan kembali kawasan.Revitalisasi ini berfokus pada jalur-jalur pedestrian yang mempunyai fungsi menghubungkan antar segmen didalam kawasan seperti Jl. Sudirman,Jl. Otista,dan Jl. Asia Afrika.Pendekatan yang dipilih dalam revitalisasi ini adalah Placemaking,yaitu dengan membuat ruang terbuka publik untuk berkumpul,berinteraksi,dan beraktivitas.Analisa kawasan menggunakan teori-teori perancangan kota yaitu Hamid Shirvani,Kevin Lynch dan Roger Trancik.Setelah analisa ini dirumuskan lalu menjadi konsep programatik yang selanjutnya akan dijadikan desain skematik sebagai dasar acuan dalam revitalisasi Kota Lama Bandung ini.Hasil dari revitalisasi ini berupa konsep rancangan umum yang berbentuk struktur kawasan,rencana tapak kawasan,konsep ruang publik,serta detail rancangan blok.
B andung City is the capital of West Java Province that cannot be separated from its historical traces. Starting from the history of trade, the Munada riots, to the Bandung Lautan Api event. Based on the many histories created in Bandung, Bandung has an Old Town located between the Sumur District of Bandung and Andir Subdistrict. The Old City area is a trading area since the Dutch colonial period, but the condition of this area is not maintained and maintained so that revitalization is needed. The revitalization of the Old City of Bandung is an effort to evoke memories and as a historical trail and reactivate the area. it focuses on pedestrian pathways which have the function of connecting between segments within an area such as Jl. Sudirman, Jl. Otista, and Jl. Asia Africa. The approach chosen in this revitalization is Placemaking, which is by making public open spaces to gather, interact, and move. Regional analysis uses urban design theories namely Hamid Shirvani, Kevin Lynch and Roger Trancik. After this analysis is formulated then becomes The programmatic concept will then be used as a schematic design as a basis for reference in the revitalization of the Old City of Bandung. The results of this revitalization are in the form of a general design concept in the form of a regional structure, a regional site plan, a public space concept, and a detailed block design