Pengembangan Kawasan Gua Maria Kerep Kota Ambarawa dengan pendekatan placemaking
K awasan gua Maria menjadi tujuan utama umat Katolik untuk berdevosi kepada Bunda Maria. Kawasan gua Maria selalu dipadati oleh pengunjung pada hari-hari besar keagamaan Katolik tetapi pengunjung berkurang di hari-hari biasa. Itu juga berlaku di kawasan gua Maria Kerep di Ambarawa. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan kawasan gua Maria Kerep agar dapat menarik para pengunjung setiap saat dan dapat didatangi oleh pengunjung umum. Langkah-langkah agarmenciptakan ruang aktif di kawasan maka dilakukan dengan cara mengidentifikasidan menganalisis prinsip-prinsip placemaking yaitu, Access & Linkage, Comfort &Image, Uses & Activity, dan Sociability. Identifikasi dan analisis prinsip-prinsipplacemaking menggunakan tiga studi kasus kawasan gua maria Lourdes di Perancis,gua Maria Pohsarang di Kediri, dan kawasan gua Maria Sendangsono di Yogyakarta.Dari hasil identifikasi dan analisis nantinya akan diterapkan untuk pengembangankawasan gua Maria Kerep. Penerapan konsep pada kawasan berdasarkan prinsippertama Access & Linkage yaitu membuat bangunan terhubung satu sama lain baikmenggunakan jalur kendaraan atau jalar pedestrian. Prinsip kedua Comfort & Imageyaitu memberi penampilan yang menarik, memberi tempat duduk, peneranganlampu yang cukup pada malam hari, dan sebagainya agar peziarah merasa nyaman.Prinsip ketiga Uses & Activity berupa kegiatan ziarah Katolik seperti devosi kepadaBunda Maria di Gua Maria, pendalaman iman di rumah ret-ret, jalan salib, gerejaatau kapel, dan toko devosional. Prinsip keempat Sociability terbentuk karenaadanya rasa ruang yang kuat yaitu bisa dengan menyediakan tempat duduk untukpengunjung beristirahat, atau mengadakan acara bazar dan perayaan hari besaragama Katolik maka pengunjung secara tidak langsung menciptakan ruang untuk bersosialisasi.
T he Maria cave area is the main destination for Catholics to devote to the Virgin Mary.The Maria cave area is always crowded with visitors on major Catholic religiousholidays but fewer visitors on weekdays. This also applies to the Maria Kerep cavearea in Ambarawa. Therefore, it is necessary to develop the Maria Kerep cave areaso that it can attract visitors at any time and can be visited by general visitors. Thesteps to create an active space in the area are carried out by identifying andanalyzing the principles of placemaking, namely, Access & Linkage, Comfort &Image, Uses & Activity, and Sociability. The identification and analysis ofplacemaking principles uses three case studies of the Maria Lourdes cave area inFrance, the Maria Pohsarang cave in Kediri, and the Maria Sendangsono cave areain Yogyakarta. From the results of identification and analysis, it will be applied to thedevelopment of the Maria Kerep cave area. The application of the concept to thearea is based on the first principle of Access & Linkage, which is to make buildingsconnected to each other, either using vehicle paths or pedestrian paths. The secondprinciple of Comfort & Image is to give an attractive appearance, provide seats,adequate lighting at night, and so on so that pilgrims feel comfortable. The thirdprinciple of Uses & Activity is in the form of Catholic pilgrimage activities such asdevotion to Our Lady at the Cave of Mary, deepening of faith in retreat houses, wayof the cross, church or chapel, and devotional shops. The fourth principle ofSociability is formed because of a strong sense of space, that is, by providing seatingfor visitors to rest, or holding bazaars and celebrations of Catholic religious holidays,visitors indirectly create space for socializing