Perbedaan karakteristik sefalometri sebelum dan sesudah pemakaian piranti bionator pada pasien masa pertumbuhan dengan maloklusi skeletal kelas II : kajian pada pasien masa pertumbuhan usia 6-14 tahun (Laporan Penelitian)
L atar Belakang: Bionator merupakan salah satu alat myofungsional yang digunakan untuk memperbaiki diskrepansi skeletal arah anteroposterior pada pasien dalam masa pertumbuhan dikarenakan alat ini memperbaiki perubahan yang terjadi secara alami. Hingga saat ini, belum ada penelitian mengenai perbedaan karakteristik sefalometri sebelum dan sesudah pemakaian piranti Bionator pada pasien dengan masa pertumbuhan skeletal Kelas II. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan karakteristik sefalometri sebelum dan sesudah pemakaian piranti Bionator pada pasien dengan masa pertumbuhan maloklusi skeletal Kelas II. Metode Penelitian: Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling sebanyak 20 sampel di klinik Dr. Himawan Halim Hasil: Dari penelitian ini didapatkan tidak ada perbedaan yang bermakna dari pengukuran parameter radiografi sefalometri sebelum dan sesudah pemakaian piranti Bionator pada pasien masa pertumbuhan dengan maloklusi skeletal Kelas II parameter sudut SNA, sudut SNB, Witts, sudut Fasial , Y- axis, sudut dari I ke Ī, jarak gari S-line upper dan jarak S-line lower dengan nilai p >0,05 dan menunjukan adanya perbedaan bermakna dari pengukuran parameter radiografi sefalometri sebelum dan sesudah pemakaian piranti Bionator pada pasien masa pertumbuhan dengan maloklusi skeletal Kelas II pada parameter sudut ANB, sudut I ke FH, dan sudut Ī ke MP dengan nilai p <0,05. Kesimpulan: Tidak terjadi perbedaan bermakna secara uji statistik pada penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor yang tidak dapat dikendalikan pada perawatan antara lain besarnya gaya, bentuk akar, keadaan tulang alveolar, adanya perbedaan keturunan atau ras pada tiap pasien, serta respon individu yang berbeda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemakaian piranti Bionator pada pasien masa pertumbuhan dengan maloklusi skeletal Kelas II pada penelitian ini, belum terdapat perubahan hubungan rahang bawah dan rahang atas dalam arah sagital yang mengarah hubungan skeletal Kelas I setelah memakai piranti Bionator.
B ackground: Bionator is one of the myofungsional tools used for fixed anteroposterior skeletal discrepancies in patient growth period because it fixed naturally. Now, there is no research on the difference of characteristic cephalometric before and after using Bionator on patients growth period with Class II malocclusion skeletal. Objective: The main objective of this research is to know the difference of characteristic cephalometric before and after using Bionator on patients growth period with Class II malocclusion skeletal. Methods: The sampling technique that are being used is total sampling with 20 sample at clinic Dr. Himawan Halim Result: From this study, there was no significant difference in the measurement of cephalometric radiographic parameters before and after treatment of Bionator devices in growth patients with Class II skeletal malocclusion on the angle parameter of SNA, angle of SNB, Witts, Facial Angle, Yaxis, angle from I to Ī, distance of S-line upper and distance of S-line lower with value p> 0,05 and showed a significant difference from the measurement of cephalometric radiographic parameters before and after treatment of Bionator devices in growthgrowing patients with Class II skeletal malocclusion on ANB angle parameters, angle I to FH, and angle Ī to MP with value p <0.05. Conclusion: No statistically significant difference in the present study is likely to be due to several factors that can not be controlled for treatment such as the size of the force, the root shape, the alveolar bone state, the presence of racial or racial differences in each patient, as well as different individual responses. Can be concluded that the use of Bionator devices in growthgrowing patients with Class II skeletal malocclusion in this study, there has been no change of the maxillary and maxillary relationship in the sagittal direction leading to a Class I skeletal relationship after using the Bionator device.