Persentase betel chewer's mucosa pada penyirih di Nusa Tenggara Timur (Laporan peneltian)
K ebiasaan menyirih ini akan menimbulkan manifestasi dalam mukosa mulut seperti betel chewer’s mucosa, oral submukosa fibrosis, leukoplakia, black hairy tongue, dan kanker rongga mulut. Namun, sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian yang menunjukkan data persentase betel chewer’s mucosa pada penduduk disana. Tujuan: Untuk mengetahui persentase betel chewer’s mucosa pada penyirih di desa Penkase dan Naioni, Nusa Tenggara Timur. Metode: Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian observasional dengan desain deskriptif potong lintang dan dilakukan pemeriksaan pada 40 penyirih di desa Penkase dan Naioni, Nusa Tenggara Timur. Hasil: Ditemukan sebanyak 75% betel chewer’s mucosa pada subjek yang memiliki kebiasaan menyirih, 25% pada subjek yang memiliki kebiasaan menyirih dan merokok, dan tidak ditemukan lesi betel chewer’s mucosa pada subjek yang memiliki kebiasaan menyirih, merokok, dan mengonsumsi minuman beralkohol. 50% betel chewer’s mucosa ditemukan pada penyirih yang menyirih dengan frekuensi masing-masing sebanyak 1-2x dan 3-4x dalam sehari. 75% betel chewer’s mucosa pada penyirih dengan durasi menyirih 15 menit dan 25% pada penyirih dengan durasi menyirih 5 menit. Betel chewer’s mucosa ditemukan terbanyak pada penyirih yang lama menyirih antara 15-21 tahun sebesar 50%, 25% pada penyirih yang telah menyirih selama 1-7 tahun, dan 25% pada penyirih yang menyirih selama 22-28 tahun. Kesimpulan: Timbulnya lesi betel chewer’s mucosa berkaitan dengan frekuensi, durasi, dan lama kebiasaan menyirih yang dilakukan. Semakin sering dan semakin lama seseorang melakukan kebiasaan menyirih maka semakin tinggi kemungkinan munculnya betel chewer’s mucosa pada mukosa mulutnya.
B ackground: The habit of chewing betel quid is a habit that is widespread in East Nusa Tenggara. This habit is often associated with smoking and consuming alcohol. The chewing habit will lead to the manifestation in the oral mucosa such as betel chewer's mucosa, oral submucosa fibrosis, leukoplakia, black hairy tongue, and oral cancer. However, until now this has not been done research that shows the percentage of betel chewer's mucosa on there. Objectives: To determine the percentage of betel chewer 's mucosa in chewers at Penkase and Naioni villages, East Nusa Tenggara. Methods: This research was an observational study with a descriptive cross-sectional design and conducted checks on 40 subjects at Penkase and Naioni villages, East Nusa Tenggara. Results: Found as much as 75% of betel chewer's mucosa in subjects who had habit of chewing, 25% in subjects who had a habit of chewing and smoking, and no lesions betel chewer's mucosa in subjects who have a habit of chewing, smoking, and consuming alcoholic beverages. 50% of betel chewer's mucosa was found in the betel quid chewers with each frequency as much as 1-2x and 3-4x a day. 75% of betel chewer's mucosa in the betel quid chewers with chewing duration of 15 minutes and 25% at betel quid chewers with chewing duration of 5 minutes. Betel chewer's mucosa is found most in betel quid chewers who has been chewing between 15-21 years by 50%, 25% in betel quid chewers who has been chewing for 1-7 years, and 25% on the chewing penyirih for 22-28 years. Conclusion: The appearing of betel chewer 's mucosa lesions related to the frequency , duration , and the old habit of chewing done. The more often and the longer a person doing chewing habit, the higher appearing of betel chewer's mucosa in their mouth.