Perancangan model triple layered business model canvas (tlbmc) untuk keberlanjutan usaha Agro-herbal
D Dampak dari pandemi COVID-19 tidak hanya berimbas pada perusahaan namun juga pada kesejahteraan masyarakat. Bogor merupakan wilayah dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di Indonesia. Sebanyak 80 persen lahan di desa Nambo, Bogor, masih belum dimanfaatkan dengan baik untuk pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang model keberlanjutan usaha agro-herbal melalui tahapan model Circular Economy, model Konseptual Keberlanjutan dan model TLBMC (Triple Layered Business Model Canvas). Penelitian ini menggunakan metode PMIA (Plus Minus Implication Analysis) untuk validasi dan analisis kelayakan bisnis dengan metode BCR (Benefit Cost Ratio), NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return) dan PBP (Payback Period) untuk melengkapi lapisan ekonomi pada TLBMC. Hasil penelitian ini adalah model rancangan keberlanjutan usaha agro-herbal. Model Circular Economy menggunakan pendekatan Butterfly Diagram yang menciptakan dua siklus, yaitu siklus biologis dan siklus teknis dalam pengolahan limbah organik dan anorganik. Model Konseptual Keberlanjutan menghasilkan integrasi antara model Circular Economy dan model TLBMC dalam upaya menciptakan shared value bagi semua mitra yang terlibat. Model TLBMC menghasilkan kerangka kerja yang menghubungkan ketiga lapisan (ekonomi, sosial, dan lingkungan) secara horizontal maupun vertikal, sehingga mampu mengidentifikasi peluang bisnis baru. Hasil analisis menunjukkan bahwa bisnis layak dikembangkan berdasarkan B/C Ratio 1,0678 > 1, NPV positif sebesar Rp 227.572.935, IRR 34,82% > MARR 10%, dan PBP relatif singkat yaitu 1 Tahun 7 Bulan. Upaya keberlanjutan usaha agro-herbal ini juga berkontribusi pada Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya dalam aspek konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, pengentasan kemiskinan, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Saran yang dapat diusulkan ke depan adalah melakukan kajian yang lebih komprehensif terhadap komoditas lainnya.
T The impact of the COVID-19 pandemic is not only affecting businesses but also the well-being of the community. Bogor is an area with the highest number of impoverished residents in Indonesia. Approximately 80 percent of the land in Nambo village in Bogor is still underutilized for agricultural purposes. The purpose of this research is to design a sustainable model for the agro-herbal business through the stages of the Circular Economy model, the Conceptual Sustainability model, and the Triple Layered Business Model Canvas (TLBMC) model. This study employs the PMIA (Plus Minus Implication Analysis) method for validation and business feasibility analysis using BCR (Benefit Cost Ratio), NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), and PBP (Payback Period) methods to complement the economic layer of the TLBMC. The outcome of this research is the design of a sustainable agro-herbal business model. The Circular Economy model employs the Butterfly Diagram approach, creates biological and technical cycles in processing organic and inorganic waste. The Conceptual Sustainability model integrates the Circular Economy and TLBMC models, aiming to create shared value for all involved partners. The TLBMC model produces a framework that horizontally and vertically connects the three layers (economic, social, and environmental), thereby being able to identify new business opportunities. The results of the analysis show that a business is feasible to develop based on a B/C Ratio of 1.0678 > 1, a positive NPV of IDR 227,572,935, an IRR of 34.82% > a MARR of 10%, and a relatively short PBP of 1 year and 7 months. The sustainability efforts of the agro-herbal business also contribute to the Sustainable Development Goals (SDGs), particularly in responsible consumption and production, no poverty, decent work and economic growth. A suggestion for future endeavors is to conduct a more comprehensive study on other commodities.