Pengaruh tingkat pengetahuan terhadap kejadian putus obat tuberkulosis
L Latar belakang : WHO dan International Union Against TB and LungDiseases (IUATLD) mengembangkan strategi pengendalian TB yang dikenalsebagai strategi Directly Observed Treatment Short-course (DOTS). Kurangnyapengetahuan tentang penyakit dan stigmatisasi, keterlambatan dalam mencaridiagnosis, dan ketidakpatuhan pengobatan, menjadi penyebab kurangbermanfaatnya pelayanan kesehatan. TB masih merupakan masalah kesehatanyang besar dan perlu diperhatikan di Indonesia, serta angka kejadian putus berobatTB masih tinggi maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenaipengaruh tingkat pengetahuan dengan kejadian putus obat TB.Tujuan Penelitian : Mencari faktor penyebab kejadian putus obat pada penderitaTB di Puskesmas PalmerahMetode penelitian: Penelitian deskriptif analitik, dengan design kohortretrospektif menggunakan teknik pengambilan sampel simple random samplingHasil penelitian : Jumlah sampel yang didapatkan adalah 119 responden.Proporsi terbesar usia responden dalam penelitian ini adalah pada kelompok umur15-45 tahun, yakni 63,9%. Sebagian besar adalah laki-laki, yakni 63,9% dariseluruh total sampel. Proporsi terbesar tingkat pendidikan adalah respondendengan pendidikan SD, yakni 41,2%. Responden penelitian yang putus berobatmemiliki proporsi sebesar 3.4%. Kecenderungan pasien yang pengetahuannyabaik untuk tidak mengalami putus obat adalah sebesar 3,003 (sekitar 3) kali jikadibandingkan dengan pasien yang pengetahuannya buruk. Variabel usiaberpengaruh secara statistik terhadap kejadian putus obat pada α=5%(p value=0,035).Kesimpulan : Tingkat pengetahuan tidak mempunyai pengaruh secara statistikteradap kejadian putus obat TB di Puskesmas X. Namun, setelah dilakukanpenghitungan statistik untuk mereduksi variabel perancu, maka ditemukan bahwavariabel usia berpengaruh secara statistik terhadap kejadian putus obat TB diPuskesmas X.
B Background : The WHO and the International Union Against TB and LungDiseases ( IUATLD ) develop strategies for TB control strategy known asDirectly Observed Treatment Short - course ( DOTS ) . Lack of knowledge aboutthe disease and stigmatization , delays in seeking diagnosis and treatment of noncompliance, the cause is less beneficial health services . TB is still a major healthproblem and need to be considered in Indonesia , as well as the incidence of TBremains high drop out treatment , the authors are interested in doing research onthe effect of the level of knowledge of the incidence of default among tuberculosispatents .Objective: The aim of this study was to determine the the factors that causeantituberculosis default.Methods of research : descriptive analytic study , with a retrospective cohortdesign using simple random sampling techniqueRESULTS: The number of samples obtained was 119 respondents . The largestproportion of respondents age in this study were in the age group 15-45 years ,namely 63.9 % . Most are men , ie 63.9 % of the total sample . The largestproportion of respondents by level of education is primary education , which is41.2 % . Respondents who dropped out of treatment had a proportion of 3.4 % .Tendency for patients who do not experience good knowledge of drug withdrawalis equal to 3.003 ( about 3 ) times when compared with patients whose knowledgeis poor . Variables statistically significant age on the incidence of drug withdrawalat α = 5 % ( p value = 0.035 ) .Conclusion : The level of knowledge does not have a statistically significanteffect on incidence of default among Tuberculosis patients in Health Center X.However, after statistical calculation to reduce confounding variables, it wasfound that age has a statistically significant effect on incidence of default amongtuberculosis patients in Health Center X